Lukisan Tertua di Dunia Rusak Akibat Perubahan Iklim
Penulis : Tim Betahita
Perubahan Iklim
Jumat, 21 Mei 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Perubahan iklim mengancam sejumlah peninggalan bersejarah dunia, salah satunya lukisan goa yang diyakini tertua di dunia, yang ditemukan di Sulawesi.
Lukisan goa tertua yang dimaksud adalah lukisan yang menggambarkan babi, serta gambar cetakan tangan yang ditemukan di Sulawesi. Lukisan cetakan tangan tersebut diperkirakan berusia 35.000 tahun. Mematahkan dua temuan sebelumnya, di Perancis dan Spanyol, sementara lukisan babi diperkirakan dibuat setidaknya 45.500 tahun lalu.
Namun kini, lukisan goa tertua tersebut menurut studi yang dipublikasikan di Scientific Reports mengalami penurunan kondisi pada tingkat yang mengkhawatirkan. Mengutip IFL Science, disinyalir kerusakan terjadi akibat dampak dari perubahan iklim.
Berdasar penelitian seni cadas tersebut terancam oleh pelapukan agresif yang disebabkan oleh krisis iklim yang menjadikan degradasi permukan goa batu kapur tempat kedua lukisan itu berada. Pemanasan global di Indonesia diperkirakan bisa tiga kali lebih agresif dari tempat lain.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Jillian Huntley, ahli konservasi seni cadas dari Pusat Penelitian Sosial dan Budaya Griffith di Australia menganalisis 11 situs lukisan goa di Maros Pangkep, Sulawesi Selatan.
Mereka menganalisis serpihan batu yang terlepas dari dinding goa dan menemukan mineral garam, termasuk kalsium sulfat dan natrium klorida di tiga lokasi. Garam-garam ini membentuk kristal di permukaan batuan yang menyebabkannya terlepas. Mereka juga menemukan sulfur tingkat tinggi di 11 lokasi.
Namun para peneliti ini terkejut dengan luasnya pelapukan garam yang terjadi. Mereka mencatat hilangnya beberapa serpihan seukuran dari bagian lukisan hanya dalam 5 bulan.
"Kristal garam tak hanya melemahkan permukaan goa secara kimiawi, pertumbuhan kristal garam di balik seni cadas tersebut juga menyebabkan pengelupasan dinding," kata Huntley.
Penelitian ini dilakukan dengan bantuan ahli Indonesia serta Dinas Cagar Budaya Sulawesi. Dalam studi itu mengungkapkan bahwa perubahan suhu dan kelembapan yang berulang akibat curah hujan musiman dan kekeringan yang bergantian, telah menciptakan kondisi yang memperburuk pembentukan kristal garam dan degradasi lukisan goa.
Lebih lanjut, meski perubahan musim merupakan hal yang normal, tim berpendapat bahwa perubahan ini telah dipercepat oleh kenaikan suhu global dan tingkat keparahan cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim dan peristiwa El Nino.