Aktivis Animal Rebellion Blokir Distribusi Restoran McDonald’s

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Senin, 24 Mei 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kelompok aktivis hak-hak hewan, Animal Rebellion, memblokir jalan pasokan korporasi raksasa makanan cepat saji McDonald’s. Pemblokiran ini menyebabkan tersendatnya pasokan bahan masakan ke sekitar 1.300 restoran Inggris yang dioperasikan oleh McDonald's Corp.

Akhir pekan lalu, berdasarkan rilisan resmi Animal Rebellion, sekitar 50 pengunjuk rasa dari Animal Rebellion telah memblokir keempat pusat distribusi perusahaan restoran itu di Inggris. Para aktivis membujuk McDonald’s agar mau mengadopsi menu nabati.

Dengan menggunakan truk dan rangka struktur bambu yang melintang di jalanan, kelompok itu melakukan pemblokiran selama 24 jam. Rencananya memang mereka dengan sengaja mengganggu rantai distribusi bahan makanan yang akan dimasak di seluruh gerai restoran McDonald’s.

“McDonald's hanya simbol dari masalah yang jauh lebih besar, yakni seluruh industri peternakan. Protes yang terjadi di seluruh negeri ini menyerukan kepada industri peternakan tentang peran mereka dalam krisis iklim global," ujar para aktivis Animal Rebellion dalam pernyataannya.

Aksi protes para aktivis pembela hak hewan dan lingkungan di Inggris. Mereka memblokir jalan distribusi bahan makanan ke resotoran cepat saji berskala dunia itu. (Animal Rebellion)

James Ozden, juru bicara Animal Rebellion mengatakan industri daging dan susu menghancurkan bumi. Rantai pasoknya menyebabkan deforestasi di kawasan hutan hujan dalam luasan yang sangat besar.

“Industri ini juga mengeluarkan gas rumah kaca dalam jumlah besar dan membunuh milyaran hewan setiap tahun. Satu-satunya cara yang berkelanjutan dan realistis untuk memberi makan sepuluh miliar orang adalah dengan sistem pangan nabati. Pilihan organik, berbudaya bebas, dan berbahan dasar hewan yang 'berkelanjutan' tidaklah cukup baik,” ujarnya.

Menurut laporan EAT Lancet, jika manusia berharap dapat memberi makan 10 miliar orang dan tetap berada dalam batas kemampuan pasokannya, maka manusia perlu mengurangi konsumsi daging merah dan susu hingga 90% pada tahun 2050. Sebuah studi tahun 2018 tentang dampak lingkungan dari produksi pangan - yang paling komprehensif dari jenisnya - menemukan bahwa sistem pangan nabati dapat mengurangi penggunaan lahan pertanian sebesar 76% dan emisi gas rumah kaca sebesar 49% dari tingkat global saat ini.

Semua yang dipedulikan McDonalds dan perusahaan serupa, menurut para aktivis adalah menghasilkan keuntungan besar, dengan cara apa pun yang bisa mereka lakukan. Untuk melakukan ini, mereka mengeksploitasi pelanggan, pekerja, hewan ternak, dan lingkungan mereka.

“Alih-alih menoleransi persoalan ini lebih lama lagi, masyarakat perlu bertindak untuk merebut kembali kendali atas sumber daya dunia dan pengambilan keputusan, dan memastikan bahwa kita menciptakan masa depan yang berkelanjutan dan layak untuk diri kita sendiri dan generasi mendatang,” kata Animal Rebellion dalam pernyataannya.

Nick More, peneliti energi terbarukan dan anggota Amazon Rebellion, mengatakan McDonald's dan industri peternakan hewan yang lebih luas jelas bertanggung jawab atas deforestasi tingkat besar di Amazon, Brasil.

Terlepas dari aksi greenwashing mereka, tidak ada transparansi dalam rantai pasokan mereka atau audit independen yang cukup untuk mendukung klaim mereka bahwa mereka bukanlah pemicu deforestasi. “

Investigasi telah mengungkapkan bahwa rantai tersebut memiliki peran dalam perusakan ilegal Hutan Hujan Amazon. Dan, dengan 80% deforestasi Amazon terjadi karena peternakan, para pengunjuk rasa berpendapat bahwa ini adalah masalah yang perlu segera ditangani.

Sementara itu dikutip dari Bloomberg, seorang juru bicara McDonald's mengatakan perusahaan tersebut tengah mengalkulasikan dampak tersedatnya pengiriman bahan makanan ke restoran terhadap setiap menu. Restoran raksasa dunia masih enggan menanggapi tuntutan dari para aktivis.