Gelombang Panas Kanada: 130 Hutan Terbakar dan 719 Jiwa Meninggal

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Selasa, 06 Juli 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Rentetan tragedi menyusul fenomena gelombang panas yang menerjang Kanada dan bagian Utara Amerika Serikat. Salah satunya sambaran petir yang menyebabkan lebih dari 130 titik kebakaran hutan di wilayah Kanada bagian barat.

Pemerintah Federal Kanada mengatakan saat ini pesawat militer mereka sedang berjuang untuk mengendalikan kebakaran dan layanan darurat di Provinsi British Columbia. Masyarakat harus mengungsi dari desa Lytton di provinsi itu.

Pada akhir pekan lalu, suhu tertinggi di Kanada terjadi di Lytton. Panasnya mencapai 49,6 Celcius. Sebelum hari itu, suhu di Lytton maupun wilayah lain di Kanada tidak pernah melampaui 45 derajat Celcius.

Kebakaran di desa yang merupakan rumah bagi sekitar 250 orang itu memaksa banyak penduduk mengungsi pada Rabu malam. "Dalam waktu sekitar 15 menit, seluruh kota dilalap api," kata Walikota Polderman kepada BBC.

Imaji dari program Copernicus soal pemanasan yang terjadi di wilayah sekitar Kutub Utara. (European Union, Copernicus Sentinel-3 imagery)

Pada hari Jumat, Layanan Kebakaran British Columbia mengatakan bahwa terjadi 136 kebakaran aktif di seluruh provinsi, dan sekitar 12.000 sambaran petir telah dicatat pada hari sebelumnya.

"Banyak dari sambaran petir itu mengenai masyarakat di sekitar," kata direktur operasi provinsi Cliff Chapman.

Menteri Pertahanan Kanada Harjit Sajjan mengatakan pemerintah akan memberikan bantuan termasuk helikopter militer dan personel untuk membantu mengatasi kebakaran dan menjangkau orang-orang yang terancam oleh api.

Menteri Keamanan Publik Bill Blair mengatakan cuaca dan kebakaran hutan memiliki dampak yang "menghancurkan" dan "belum pernah terjadi sebelumnya" di British Columbia.

"Kebakaran hutan ini menunjukkan bahwa kita berada di tahap awal musim panas yang panjang dan menantang," katanya.

719 kematian mendadak dalam sepekan

Kantor pemeriksa medis provinsi itu mengatakan panas yang ekstrem kemungkinan berkontribusi pada 719 kematian mendadak selama seminggu terakhir - angka yang dikatakan "tiga kali lebih banyak" daripada rata-rata sepanjang tahun.

"Banyak kematian yang dialami selama seminggu terakhir di antara orang tua yang tinggal sendirian di tempat tinggal pribadi dengan ventilasi minimal," kata Kepala Koroner Lisa Lapointe dalam sebuah pernyataan.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sebelumnya menyatakan turut berduka kepada keluarga para korban, yang kebanyakan merupakan kalangan lanjut usia (lansia). Suhu memang telah mereda di daerah pesisir Kanada, tapi tidak untuk wilayah pedalaman. Dinas Pemadam Kebakaran British Columbia mengatakan pihaknya bersiap akan kemungkinan lebih banyak kebakaran hutan sepanjang akhir pekan. Suhu tinggi yang tidak normal telah dicatat di sebagian besar Amerika Utara dalam beberapa hari terakhir.

Rekor suhu panas di Kanada dipecahkan selama tiga hari beruntun. Di sebuah daerah, gelombang panas tercatat hampir menembus 50 derajat Celcius.

Yang terkini adalah pada Selasa (29/06), ketika temperatur mencapai 49,6 derajat Celcius di Lytton, Provinsi British Columbia.

Para pakar mengatakan perubahan iklim diperkirakan meningkatkan jumlah kejadian cuaca ekstrem, semisal gelombang panas. Akan tetapi menghubungkan satu kejadian dengan pemanasan global cukup pelik.

Gubernur Provinsi British Columbia, John Horgan, menilai pekan terpanas di kawasan itu telah menimbulkan "konsekuensi malapetaka bagi banyak keluarga dan komunitas". Jumlah korban akibat cuaca panas di bisa meningkat lantaran sejumlah daerah belum menghimpun data.

Di Vancouver saja, gelombang panas diyakini menjadi faktor penentu kematian 65 orang akhir bulan lalu. "Saya sudah menjadi polisi selama 15 tahun dan saya belum pernah mengalami jumlah kematian mendadak dalam kurun waktu yang singkat," kata Sersan Polisi Steve Addison.

Menurutnya, beberapa orang tiba di rumah saudara dan "menemukan [saudara] mereka sudah meninggal".

Penduduk desa Lytton, sekitar 250 kilometer sebelah timur Vancouver, mengalami suhu 49,6 derajat Celcius.

Meghan Fandrich, salah satu warga, mengaku "hampir mustahil" pergi ke luar rumah.

"[Panasnya] tidak bisa ditolerir. Kami berupaya berada di dalam ruangan selama mungkin. Kami terbiasa dengan panas dan panas yang kering, namun 30 [derajat celcius] jauh berbeda dari 47," tuturnya kepada harian Globe & Mail.

Banyak keluarga di Provinsi British Columbia tidak punya AC karena musim kemarau di sana tidak terlalu panas.

Seorang warga Vancouver mengungkap kepada kantor berita AFP bahwa hotel-hotel tampak sudah penuh karena masyarakat berbondong-bondong ke sana demi AC. "Saya tidak pernah melihat keadaan seperti ini. Saya harap jangan ada lagi yang begini."

BBC|DETIK