Iklim Pengaruhi Ukuran Tubuh Manusia dari Masa ke Masa

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Senin, 12 Juli 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Sebuah studi mengungkap iklim ternyata dapat memengaruhi ukuran tubuh manusia dari masa ke masa. Dalam studi tersebut, tim peneliti yang dipimpin Universitas Cambridge dan Tübingen mengumpulkan ukuran tubuh dan otak lebih dari 300 fosil genus Homo yang ditemukan di seluruh dunia.

Dengan menggabungkan data dengan rekonstruksi iklim regional dunia selama jutaan tahun terakhir, peneliti dapat menunjukkan dengan tepat iklim spesifik yang dialami oleh setiap fosil-fodil itu semasa hidup.

Mengutip Phys, akhir pekan lalu, studi pun kemudian mengungkap, bahwa ukuran tubuh rata-rata manusia telah berfluktuasi secara signifikan selama jutaaan tahun terakhir.

Menurut peneliti, tubuh manusia yang lebih besar berkembang di daerah yang lebih dingin. Ukuran tubuh yang lebih besar ini dianggap sebagai penyangga atau adaptasi terhadap suhu yang lebih dingin.

Tarian tradisional masyarakat adat Momuna. Foto: Jerat Papua

Ambil contoh saja pada Homo sapiens. Manusia lebih berat 50 persen dibandingkan dengan spesies yang lainnya. Otak Homo sapiens juga tiga kali lebih besar.

Tetapi, pendorong di balik perubahan semacam itu masih sangat diperdebatkan. "Studi kami menunjukkan, bahwa iklim telah menjadi pendorong utama perubahan ukuran tubuh selama jutaan tahun terakhir," kata Andrea Manica, peneliti di Departemen Zoologi Universitas Cambridge.

Lihat saja sekarang. Orang-orang yang tinggal di iklim lebih hangat saat ini cenderung lebih kecil. Sementara yang tinggal di iklim yang dingin cenderung lebih besar.

"Kita sekarang tahu, bahwa pengaruh iklim yang sama telah bekerja selama jutaan tahun terakhir," ujarnya.

Para peneliti juga melihat pengaruh faktor lingkungan pada ukuran otak dalam genus Homo. Ukuran otak cenderung lebih besar ketika Homo hidup di habitat dengan vegetasi yang lebih sedikit, seperti stepa terbuka dan padang rumput, tetapi juga di daerah yang secara ekologis lebih stabil.

Dikombinasikan dengan data arkeologi, hasilnya menunjukkan bahwa orang yang tinggal di habitat tersebut berburu hewan besar sebagai makanan. Itu tugas kompleks yang mungkin mendorong evolusi otak yang lebih besar.

"Ada pengaruh lingkungan tidak langsung pada ukuran otak di area yang lebih stabil dan terbuka: jumlah nutrisi yang diperoleh dari lingkungan harus cukup untuk memungkinkan pemeliharaan dan pertumbuhan otak kita yang besar dan terutama yang membutuhkan energi," kata Dr. Manuel Will di University of Tubingen, Jerman yang merupakan penulis pertama studi ini.

Penelitian ini juga menunjukkan, bahwa faktor non-lingkungan lebih penting untuk mendorong otak yang lebih besar daripada iklim. Seperti misalnya kehidupan sosial yang makin kompleks, pola makan lebih beragam, dan teknologi lebih canggih.

Tetapi ada kemungkinan juga meningkatnya ketergantungan pada teknologi dapat menyebabkan otak menyusut selama beberapa ribu tahun ke depan.

"Sangat menyenangkan untuk berspekulasi tentang apa yang akan terjadi pada ukuran tubuh dan otak di masa depan, tetapi harus berhati-hati untuk tidak memperkirakan terlalu banyak berdasarkan jutaan tahun terakhir karena begitu banyak faktor yang dapat berubah," ujar Manica.

Studi ini dipublikasikan di jurnal Nature Communications.

KOMPAS|