Karapiru, Orang Asli dan Pembela Amazon Meninggal Karena Covid-19
Penulis : Tim Betahita
Hutan
Senin, 02 Agustus 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Karapiru, pejuang hutan dan masyarakat adat dari suku asli Awá Guajá di pedalaman Amazon, meninggal dunia. Pria yang selamat dari pembantaian yang menewaskan hampir seluruh keluarganya dan sempat hidup sendirian di dalam hutan selama 10 tahun ini tidak dapat menghindari pandemi.
Karapiru merupakan salah satu anggota terakhir dari suku nomaden pemburu-pengumpul Awá Guajá dari negara bagian Maranhão, Brazil, meninggal karena Covid-19 awal bulan Juli. Diperkirakan tersisa 300 individu, suku Awá disebut sebagai “suku paling terancam di bumi.”
Pada 1970-an, Karapiru kehilangan hampir semua orang yang dikenalnya dalam serangan genosida terhadap sukunya oleh para pemukim. Istri, anak perempuan, saudara kandung, dan anggota keluarga lainnya terbunuh, dan dia ditembak di bagian belakang.
Karapiru kemudian menikah lagi dan mulai memperjuangkan hak-hak sukunya, menentang kebijakan antipribumi Presiden Brazil Jair Bolsonaro. Dalam berbagai demonstrasi, dia muncul dengan busur dan anak panah, burung nasar, dan bulu toucan.
Ketangguhannya menjadi sumber inspirasi bagi para aktivis yang bekerja untuk melindungi masyarakat adat dan masyarakat yang tidak tersentuh.
Survival International, sebuah kelompok yang bekerja untuk hak masyarakat adat, meggambarkan Karapiru sebagai “kehangatan dan kebaikan luar biasa.”
Tanah suku Awá telah mengalami berbagai serangan sejak ditemukannya bijih besi pada akhir 1960-an. Kereta sepanjang 2 kilometer di atas rel 900 kilometer yang dibangun melalui hutan pada 1980-an melewati hanya beberapa meter dari wilayah Awá, dalam perjalanan menuju salah satu tambang bijih terbesar di dunia.
Suku Awá adalah pemanah yang terampil, dan hidup tersebar dalam kelompok keluarga di area yang luas dan melakukan perjalanan pada malam hari menggunakan obor yang terbuat dari damar pohon. Banyak orang asli dari suku Awá tidak memiliki kontak dengan dunia luar.
Karapiru diperkirakan berusia 75 tahun saat meninggal. Dewan Misionaris Adat (CIMI), lembaga swadaya masyarakat Katolik yang bekerja dengan masyarakat adat, melaporkan kematiannya sebagai “korban Covid-19”, meskipun telah divaksin Covid-19.
Karapiru meninggal di sebuah rumah sakit di Santa Inês di Maranhão dan dimakamkan di kotamadya Zé Doca, bertentangan dengan keinginan teman-temannya, yang ingin menguburkannya di tanah Awá.