Targetkan Kapasitas Terpasang PLTS Atap 3,6 GW pada 2030

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Lingkungan

Jumat, 13 Agustus 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Terdapat tiga program besar pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang akan dikembangkan di Indonesia, demi peningkatan bauran energi bersih nasional. Pada 2030 mendatang, ditargetkan PLTS atap yang terpasang mampu menyediakan energi listrik sebesar 3,6 gigawatt (GW).

Dalam diskusi daring yang digelar Selasa (10/8/2021) kemarin, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, terdapat tiga program prioritas yang akan dijalankan pemerintah dalam mendorong pengembangan PLTS, yaitu PLTS atap, PLTS skala besar dan PLTS terapung. Tiga program besar PLTS tersebut menurutnya akan menjadi lokomotif peningkatan bauran energi bersih nasional.

"Pemerintah memprioritaskan pengembangan energi surya karena biaya investasi yang sekarang makin kompetitf, murah, waktu pelaksanaannya lebih cepat, dan kita memiliki sumber yang cukup banyak," kata Menteri Arifin, dikutip dari Antaranews.

Lebih lanjut Menteri Arifin mengatakan, kapasitas terpasang PLTS atap di Indonesia, per Mei 2021, baru mencapai 31,32 megawatt (MW) dari 3.781 pelanggan yang tercatat oleh PLN. Pemerintah telah menetapkan target kapasitas terpasang PLTS atap sebesar 3,6 GW pada 2030 dengan memanfaatkan gedung-gedung milik pemerintah, bangunan dan fasilitas milik BUMN, industri, bisnis serta rumah tangga.

Pembangkit Tenaga Listrik di Kupang./Foto: Dok. EBTKE ESDM

Saat ini Kementerian ESDM sedang merevisi regulasi PLTS atap yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2018, untuk memaksimalkan pemanfaatan energi surya, baik rumah tangga maupun industri. Revisi peraturan yang berisi nilai keekonomian PLTS atap itu ditargetkan selesai tahun ini.

"Terus terang kita ketinggalan dengan Vietnam, karena Vietnam saat ini sudah memanfaatkan PLTS roof top sampai 17 GW, sementara kita masih ratusan MW."

Selain pengembangan PLTS atap pemerintah juga mendorong pengembangan PLTS skala besar di area bekas tambang dan lahan nonproduktif. Kementerian ESDM menargetkan kapasitas terpasang PLTS skala besar itu mencapai 5,34 GW dengan potensi penurunan emisi karbon hinga 7,96 ton.

PLTS skala besar itu rencananya dibangun tersebar merata di seluruh Indonesia. Mulai dari Sumatera berkapasitas 1.178 MW, Jawa-Bali 1.863 MW, Kalimantan 563 MW, Sulawesi 781 MW, Maluku 426 MW, Nusa Tenggara 389 MW dan Papua 141 MW.

Selanjutnya mengenai program PLTS terapung, yang terletak di waduk dan danau, memiliki total potensi mencapai 28,20 GW di 375 lokasi. Sementara untuk total potensi PLTS terapung di lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sekitar 12,06 GW yang tersebar di 28 lokasi. Menteri Arifin bilang, pembangunan PLTS terapung ini berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 17,8 juta ton karbon dioksida.

"Banyak sekali water resources yang bisa kita manfaatkan di negara ini, di waduk dan danau alam yang kita miliki," kata Meneri Arifin.

Pengembangan EBT skala besar, lanjut Menteri Arifin, dengan menggarap potensi 50 GW juga dilakukan melalui Program Renewable Energy Based Industry Development (REBID). Program ini dicanangkan melalui integrasi antara sisi pasokan dan sisi permintaan untuk menciptakan pertumbuhan industri, seperti pemanfaatan PLTS skala besar yang terintegrasi dengan kawasan industri yang dapat menciptakan sinergi antara pengembangan energi bersih dan wilayah ekonomi.

"Ke depannya memang industri-industri ini pasti mewajibkan hasil produk industri yang memanfaatkan energi bersih. Untuk itu kita harus merespon tren ini ke depan sehingga industri kita produk-produknya bisa bersaing dengan pasar internasional," tutup Menteri Arifin.

Antaranews