Perubahan Iklim: Pertama dalam Sejarah Hujan Guyur Greenland

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Senin, 23 Agustus 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, hujan turun di puncak lapisan es Greenland. Kejadian ini lantas menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri bagi banyak kalangan yang mengerti perubahan iklim.

Mengapa fenomena hujan turun di Greenland menjadi hal yang langka? Seperti sebagian besar belahan bumi utara, Greenland telah mengalami gelombang panas besar dengan suhu di puncak gletser naik di atas titik beku untuk ketiga kalinya dalam waktu kurang dari satu dekade.

Dan pada 14 Agustus 2021, di tempat yang biasanya terlalu dingin untuk air jatuh sebagai cairan, Stasiun Summit National Snow and Ice Data Center (NSIDC) mencatat turunnya hujan dalam waktu beberapa jam.

Greenland (Flickr.com)

Setidaknya sekitar 7 miliar ton air jatuh di atas lapisan es tersebut. "Sebelumnya tak ada laporan mengenai curah hujan di lokasi yang mencapai 3.216 meter ini," lapor NSIDC seperti dikutip dari Science Alert, Sabtu lalu.

Curah hujan yang turun di puncak lapisan es ini pun menjadi indikasi bahwa Greenland sedang memanas dengan cepat. "Greenland seperti bagian dunia yang lainnya, sedang berubah. Kami sekarang melihat tiga peristiwa pencairan dalam satu dekade di Greenland. Dan sekarang curah hujan, di daerah di mana hujan tak pernah turun," ujar Ted Scambos, ahli glasiologi University of Colorado Boulder.

Hujan tidak hanya mencairkan salju tetapi juga berkontribusi pada peningkatan peristiwa pencairan. Selain itu juga memiliki kemampuan tambahan untuk mengacaukan dinamika lapisan es jangka panjang juga.

Lebih lanjut, hujan yang turun di Greenland ini mengekspos dan membeku menjadi lapisan es yang lebih gelap dan oleh karena itu, lebih banyak menyerap panas daripada es putih gletser yang biasanya dipenuhi salju.

Setelah membeku, air hujan yang turun ini juga akan membentuk penghalang halus, mencegah air lelehan merembes ke bawah permukaan. Ini kemudian dapat membanjiri permukaan lapisan es, menyebabkan lebih banyak pencairan pada ketinggian yang lebih tinggi daripada dampak limpasan biasanya.

"Selama peristiwa pencairan, proses ini dapat terjadi di bagian lapisan es yang biasanya tidak mengalami pencairan, membuat dampak lebih luas," kata ahli glasiologi NASA Lauren Andrews.

Lapisan es Greenland sendiri menyimpan air tawar yang cukup untuk membuat permukaan laut naik 6 meter dan memiliki pengaruh besar pada cuaca dan iklim.

Laporan IPCC baru-baru ini memperingatkan pemanasan yang melebihi 2 derajat Celcius akan memicu runtuhnya lapisan es besar ini.

Ini adalah salah satu titik kritis utama yang sangat diperhatikan oleh para ilmuwan. Selain dampak langsung terhadap kenaikan permukaan laut, air lelehan dari Greenland juga diperkirakan akan memperlambat arus laut Arus Teluk, yang akan mengubah pola monsun tropis, yang berdampak pada hutan hujan. Tak hanya manusia, satwa liar yang tinggal di wilayah sekitar pun akan menghadapi tantangan dari hilangnya es.

Science Alert | Kompas