Kenaikan Muka Laut di Indonesia Diprediksi Bakal Ekstrem

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Selasa, 07 September 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Para ilmuwan memprediksi kenaikan permukaan laut yang ekstrem di sepanjang garis pantai di dunia akan terjadi 100 kali lebih sering pada akhir abad ini terutama di wilayah tropis seperti Hawaii, Karibia, Filipina, dan Indonesia.

Hal ini berdasarkan studi yang dilakukan Profesor Roshanka Ranasinghe dari IHE Delft and Deltares (Belanda) bersama penulis utama Dr. Claudia Tebaldi dari Laboratorium Nasional Pacific Northwest National Department of Energy AS.

Menurut penelitian itu, dampak dari naiknya air laut pada frekuensi permukaan laut yang ekstrim akan terasa paling parah di wilayah tropis dan umumnya di garis lintang yang lebih rendah dibandingkan dengan garis lintang utara.

"Lokasi yang paling mungkin terkena dampak besarnya ialah belahan bumi selatan, daerah di sepanjang Laut Mediterania dan Semenanjung Arab, Pantai selatan Pasifik Amerika Utara termasuk Hawaii, Karibia, Filipina, dan Indonesia," seperti laporan yang ditulis CNNIndonesia.com.

Ilustrasi kenaikan permukaan air laut yang membanjiri kota pesisir. Foto: Dave/Creative Commons

Sedangkan wilayah yang tidak terlalu terpengaruh kenaikan permukaan air laut adalah wilayah bagian garis lintang yang lebih tinggi, seperti Pantai Pasifik utara Amerika Utara, dan Pantai Pasifik Asia.

Studi ini menyatukan tim peneliti internasional dari Amerika Serikat, Belanda, Italia, dan Australia, yang pernah memimpin penelitian besar sebelumnya tentang permukaan laut ekstrim dan efek kenaikan suhu permukaan laut.

Tim tersebut mengumpulkan data serta memperkenalkan metode sintesis baru, untuk memetakan kemungkinan efek kenaikan suhu mulai dari 1,5 derajat Celcius hingga 5 derajat Celcius yang dibandingkan dengan masa pra-industri.

"Salah satu pertanyaan utama kami yang mendorong penelitian ini adalah: seberapa tinggi pemanasan suhu bumi untuk membuat dampak yang biasanya terjadi 100 tahun sekali menjadi bencana tahunan? Jawaban kami adalah tidak lebih dari apa yang telah terdokumentasikan saat ini," kata Ranasinghe.

"Ini bukanlah sebuah kejutan dan tidak mengherankan bahwa pada pemanasan suhu 1,5 derajat Celcius akan memiliki efek substansial pada frekuensi dan besarnya kenaikan permukaan laut yang ekstrem" tambahan.

Studi terbaru yang terbit dalam Jurnal Nature Climate Change edisi 30 Agustus itu selaras dengan pernyataan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), yang menyatakan bahwa peristiwa naiknya permukaan laut ekstrim akan lebih sering dan meluas di seluruh dunia akibat pemanasan global.

Para peneliti memperkirakan kenaikan suhu tersebut sebagai situasi terparah. Dan perubahan itu kemungkinan akan terjadi lebih cepat lagi di akhir abad ini, dengan banyaknya jumlah lokasi yang mengalami peningkatan kenaikan permukaan laut 100 kali lipat dari yang pernah diprediksi terjadi sebelum tahun 2070.