Studi: Tutupan Terumbu Karang turun 60 persen Akibat Krisis Iklim

Penulis : Tim Betahita

Lingkungan

Senin, 20 September 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Pemanasan global, penangkapan ikan yang berlebih, polusi, dan perusakan habitat telah merusak setengah dari tutupan terumbu karang di dunia sejak 1950-an, menurut analisis ribuan survei terumbu karang dari jurnal One Earth.

Berdasarkan hasil survei 14.705 terumbu karang di 87 negara, diperlukan upaya untuk mempertahankan besarnya tangkapan ikan telah meningkat secara drastis sejak pertengahan 1990-an. Kegiatan ini dapat mencerminkan kesehatan terumbu karang dan ikan yang memburuk, diperburuk lagi setelah tangkapan besar spesies-spesies karang pada 2002.

Studi tersebut menemukan bahwa keanekaragam spesies terumbu karang telah turun 60 persen. Sementara, total tutupan terumbu karang berkurang sekitar setengahnya, disertai dengan penurunan ekosistem yang sudah cukup sulit untuk dapat lagi mencukupi kebutuhan populasi manusia.

Terumbu karang merupakan sumber makanan penting bagi jutaan orang di seluruh dunia, terutama masyarakat adat di pulau, di mana ikan menjadi sumber utama protein hewani.  Namun, adanya penurunan pada ekosistem laut menimbulkan kekhawatiran para peneliti terhadap stabilitas pangan di masa depan. Para peneliti memperkirakan, tren penurunan akan terus berlanjut, ditambah dengan adanya pemutihan terumbu karang, penyakit, dan sebagainya.

Pemutihan karang mengubah warna terumbu karang secara drastis di Great Barrier Reef, Australia, pada 2016. Foto: AFP

Tyler Eddy, peneliti di Memorial University of Newfoundland yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan meski penurunan ekosistem terumbu karang telah lama tercatat di tingkat nasional, ia terkejut dengan besarnya skala penurunan global.

“Terumbu karang adalah salah satu ekosistem paling sensitif di dunia. Jadi mereka adalah yang pertama yang benar-benar mengalami dampak dari perubahan iklim ini. Ada penurunan yang cukup drastis di tahun 60-an dan 70-an. Kemudian, di tahun 80-an, masih ada sedikit penurunan cakupan dari waktu ke waktu tetapi tidak terlalu curam,” jelas Eddy kepada The Guardian.

“Jika anda melihat tren penurunan tutupan terumbu karang di tingkat negara, kami melihat beberapa penurunan terbesar terjadi di Papua Nugini, Jamaika, dan Belize.”

Pada saat menganalisis hasil survei, Eddy menceritakan kepada The Guardian bahwa para peneliti memerhatikan adanya perubahan pada komposisi spesies di terumbu di beberapa daerah, seiring dengan penurunan spesies ikan yang rentan terhadap suhu dan meningkatnya spesies yang lebih tangguh.

John Bruno, ahli ekologi kelautan di University of Carolina dan salah satu peneliti, mengatakan meskipun ada perbedaan pada setiap regional, kesehatan terumbu karang secara global terus menurun.

“Sayangnya, kita terus kehilangan karang dari sebagian besar terumbu di dunia sejak data untuk penelitian terhadap terumbu karang berakhir. Gelombang panas laut terus meningkat dengan cepat menyebabkan sering terjadi pemutihan terumbu karang yang parah, termasuk di beberapa terumbu karang terpencil dan paling murni di dunia,” katanya.

Di Karibia, sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa populasi terumbu karang telah menurun sekitar 0,25 persen per tahun, dengan hanya sekitar 10 persen dari dasar laut yang ditempati oleh karang yang hidup pada 2017.

“Selama beberapa tahun terakhir, terumbu Karibia telah dihancurkan oleh badai dan penyakit baru. Keduanya berhubungan dengan pemanasan laut. Terus terang, gambaran global untuk terumbu karang cukup suram,” tambah Bruno.

Lautan dunia menyerap lebih dari 90 persen panas yang terperangkap oleh gas rumah kaca dan suhu air rata-rata terus meningkat seiring pemanasan global.

Penulis: Syifa Dwi Mutia, reporter magang di betahita.id