Stimulus Sektor Energi PEN Tak Ramah Lingkungan

Penulis : Aryo Bhawono

Energi

Rabu, 13 Oktober 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Sebagian besar stimulus fiskal sektor energi diberikan kepada BUMN yang menggunakan bahan bakar fosil secara intensif. Kebijakan ini tak menguntungkan masyarakat miskin. 

Laporan International Institute for Sustainable Development (IISD) menyebutkan sekitar Rp 95,3 triliun dari Rp 108,5 triliun stimulus fiskal sektor energi dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) diberikan kepada BUMN yang menggunakan bahan bakar secara intensif. Angka ini menunjukkan pemberian subsidi bahan bakar fosil meningkat lebih dari dua kali lipat.

Subsidi energi semacam ini, menurut para ahli IISD, mendorong konsumsi yang boros dan cenderung menguntungkan kelas ekonomi atas. Laporan IISD bertajuk ‘How Indonesia Can Achieve Both a Covid-19 Recovery and Its Climate Target’ menyebutkan kebanyakan subsidi fosil justru dinikmati oleh rumah tangga kaya dan mendorong bahan bakar fosil berlebihan. 

“Pemulihan ekonomi di Indonesia masih kurang hijau,” kata Theresia Betty Sumarno, penulis utama laporan tersebut. 

Jakarta menghadapi ancaman lingkungan mulai dari pencemaran udara, risiko tenggelam, gelombang panas, dan banjir. Foto: Jurnasyanto Sukarno/Greenpeace Indonesia

Menurutnya Indonesia belum memanfaatkan peluang untuk menyelaraskan pemulihan ekonomi dengan target iklim. Seharusnya pemerintah merangkul dan memberi insentif pada energi terbarukan sebagai bagian dari rencana pemulihan ekonomi nasional. Tindakan ini dapat membawa perubahan di sektor energi, mendorong perekonomian, dan mengatasi perubahan iklim. 

Laporan yang dituliskan Theresia menyebutkan terdapat potensi energi terbarukan untuk pemulihan ekonomi. Pada 2019 saja, sektor energi terbarukan telah menciptakan 0,5 juta lapangan kerja di Indonesia. Reformasi subsidi bahan bakar fosil dan relokasikan dana ke energi terbarukan dapat menghasilkan pendapatan untuk pemulihan ekonomi. 

Penulis laporan lainnya, Lourdes Sanchez, menyebutkan tindakan reformasi dan relokasi dana ke energi terbarukan dapat menciptakan lapangan kerja lebih besar sehingga membantu pemulihan ekonomi. Selain itu tindakan ini dapat mendukung pencapaian target menghadapi perubahan iklim.

“Mendedikasikan uang pemulihan ekonomi nasional untuk mempromosikan sektor energi terbarukan adalah sebuah kemenangan ganda bagi Indonesia,” ucap Sanchez.

IISD menyoroti meski Indonesia berada dalam target energi bersih namun dukungan Indonesia untuk bahan bakar fosil dalam anggaran PEN jauh melebihi dukungan untuk energi terbarukan. Padahal dana pemulihan untuk energi terbarukan dapat memicu dampak positif bagi perekonomian nasional dan planet ini.

Mereka mengingatkan Indonesia memiliki peran penting dalam forum G20 mendatang. Seharusnya pemerintah menunjukkan sikap dengan menekan subsidi bahan bakar fosil sejak kini. 

“Saat ini, Indonesia memiliki peluang untuk mengakhiri subsidi bahan bakar fosil, mendukung energi terbarukan, dan menciptakan ekonomi yang lebih kuat untuk masa depan,” ucap Theresia.