Eksploitasi Air Tanah Sebab Utama Penurunan Tanah Pesisir Jawa
Penulis : Syifa Dwi Mutia
Perubahan Iklim
Senin, 18 Oktober 2021
Editor :
BETAHITA.ID - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian menyampaikan penurunan muka tanah di Jakarta dan pesisir utara Jawa dominan disebabkan oleh penggunaan air tanah.
“Akan tetapi yang terjadi adalah lebih banyak karena penurunan muka tanah karena banyak air tanah di kota-kota Pantura itu airnya disedot atau dihisap," kata Edvin dalam Diskusi Publik virtual Perubahan Iklim dan Ancaman Tenggelamnya Pesisir Jawa di Jakarta, akhir pekan lalu.
Sementara perubahan iklim yang menyebabkan naiknya permukaan air laut akibat mencairnya lapisan es di bumi, tidak memiliki dampak secepat penggunaan air tanah.
“Jadi inilah yang menjadikan land subsidence (penurunan permukaan tanah) jadi jauh tinggi dan jauh lebih cepat dibandingkan es yang mencair dari daratan tersebut,” tambah Edvin.
Sebelumnya Edvin menjelaskan yang dikhawatirkan para pakar meteorologi adalah melelehnya lapisan es yang ada di daratan dunia akibat perubahan iklim di tiga titik dunia, yakni di kutub selatan, daratan Greenland, dan Pegunungan Himalaya.
“Inilah yang dikhawatirkan terjadi pelelehan dan akan menambah muka air laut itu. Jadi muka air laut itu dapat menjadi meluap atau istilahnya bertambah tinggi karena lelehan es yang ada di daratan atau juga karena salinitasnya menurun karena penambahan volume air yang ke laut,” jelas Edvin yang juga anggota Dewan Panel Ahli Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim atau Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).
Edvin menyampaikan hasil dari pengukuran kenaikkan laut di daerah jawa hanya 3,6 mm per tahun. Menurutnya, angka tersebut tidak dapat dilihat sebagai faktor utama. Ia mengatakan butuh waktu 100 tahun untuk menaikkan beberapa meter air laut akibat pemanasan global.
Faktor lainnya yang juga disampaikan oleh Edvin adalah tiga jenis banjir yang terjadi di Jakarta, yaitu banjir lokal, banjir kiriman bogor dan banjir kiriman laut atau atau rob. Selain itu, bulan purnama juga jadi penentu pola pasang-surut air laut di setiap kawasan yang berbeda.
Edvin menghimbau para pemimpin daerah untuk menyuplai air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat setempat.
Melansir dari Liputan6.com, berdasarkan pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, PAM Jaya belum dapat menjangkau keseluruhan warga Jakarta untuk menggunakan air perpipaan. Hingga kini, masih ada 38 persen masyarakat yang menggunakan air tanah.
"Memang PAM kita hanya bisa mencapai 62 persen, sisanya masyarakat masih mengambil dari pompa, jetpam dan sebagainya," ujar Riza di Balai Kota, Jakarta Pusat.
Penulis merupakan reporter magang di betahita.id