Greta Thunberg: Kita Butuh Tekanan Publik, Tak Sekedar Konferensi
Penulis : Aryo Bhawono
Perubahan Iklim
Senin, 25 Oktober 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Aktivis lingkungan, Greta Thunberg, mengaku pesimis Pertemuan Puncak Perubahan Iklim ke 26 (Conference of The Parties/ COP26) akan menghasilkan praktik pengurangan emisi. Pertemuan puncak itu tak akan mengarah pada aksi konkret mencegah perubahan iklim.
Masyarakat dunia tak dapat berharap banyak dari hasil konferensi itu. Ia pun mengatakan tekanan publik salah satu cara untuk memaksa pemimpin dunia melakukan tindakan konkret.
“Perubahan akan datang ketika orang menuntutnya. Jadi kita tidak bisa mengharapkan semuanya terjadi di konferensi ini," katanya dalam sebuah wawancara memperbincangkan perubahan iklim menjelang COP26 pada Minggu (24/10/2021) seperti dikutip dari BBC.
Menurutnya kesuksesan gerakan perubahan iklim adalah ketika orang-orang mulai menyadari gentingnya situasi dan menyadari adanya krisis eksistensial. Semua orang pun akan sadar butuh perubahan besar. Kita perlu mencabut sistem, kata dia, karena di situlah perubahan akan datang.
COP 26 akan digelar di Glasgow, Skotlandia dari 31 Oktober hingga 12 November 2021. Gelar ini akan menjadi konferensi iklim terbesar sejak COP21 di Paris pada 2015 lalu. Sekitar 200 negara akan memberikan rencana pengurangan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
Namun Thunberg meyakini politisi dunia hanya datang berbekal alasan permisif dan tak memberikan solusi konkret menekan emisi. Soal Net Zero-Emission (NZE) misalnya, merupakan sebuah ‘awal baik’ untuk menekan pemanasan global. Tetapi secara praktik beberapa perilaku negara justru mencari celah sehingga praktik NZE tak dapat dilaksanakan.
Ia pun memberi pesan agar pemimpin dunia jujur atas posisi dan kegagalan mereka.
"Jujurlah tentang di mana posisi anda, bagaimana anda telah gagal, bagaimana anda masih mengecewakan kami. Alih-alih mencoba mencari solusi, solusi nyata yang benar-benar akan mengarah ke suatu tempat, yang akan mengarah pada perubahan substansial, perubahan mendasar," katanya kepada wartawan BBC Rebecca Morele.
Greta dan para aktivis iklim dari seluruh dunia akan menghadiri COP26. Juru kampanye keadilan iklim dari Kenya, Kevin Mtai, berharap COP26 menjadi konferensi inklusif dan mengakomodir semua pendapat dalam pembicaraan. Mereka perlu memasukkan suara masyarakat adat, orang-orang yang terpinggirkan, dan orang-orang dari daerah yang paling terkena dampak.
"Sangat penting bagi orang-orang dari belahan bumi selatan untuk berbicara untuk diri mereka sendiri, bukan bagian dunia lain untuk berbicara atas nama mereka. Karena kita adalah orang-orang yang terkena dampak perubahan iklim, jadi sangat penting kita dapat mendengar dari diri kita sendiri. Orang, dengan ide kita sendiri, suara kita sendiri," kata dia.