Greta Thunberg Sebut COP26 sebagai Festival Greenwashing

Penulis : Tim Betahita

Lingkungan

Sabtu, 06 November 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg menyebut konferensi yang digagas PBB, yakni COP26 yang membahas tentang perubahan iklim dan pemanasan global merupakan sebuah kegagalan.

Mengutip AFP yang ditulis ulang cnn indonesia, Thunberg bicara demikian saat berada di depan para pedemo di Glasgow, tempat COP26 dihelat. "Bukan rahasia lagi kalau COP26 adalah kegagalan," kata Thunberg.

Menurutnya, apa yang dibicarakan para pemimpin dunia tentang perubahan iklim tak ada yang konkret. Bahkan Thunerbg menyebut COP26 tak patut disebut sebagai konferensi tentang iklim.

"Ini bukan lagi konferensi iklim. Sekarang sudah menjadi festival greenwashing festival," kata Thunberg.

Aktivis perubahan iklim asal Swedia Greta Thunberg. Foto: Akun Instagram pribadi @gretathunberg

"Pemimpin kita tidak lagi bisa disebut pemimpin. Seperti inilah gaya kepemimpinan orang-orang itu," sambungnya.

Dalam konferensi COP26, setidaknya ada 200 perwakilan pemimpin negara di dunia berkumpul. Mereka membahas Paris Agreement 2015 silam yang juga mengatur ketentuan soal pembatasan energi fosil.

Sejumlah negara berjanji menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara. Misalnya Polandia, Vietnam, Chile dan beberapa negara lainnya yang masih mengandalkan batu bara untuk kebutuhan listrik.

Namun, Inggris sendiri sebagai tuan rumah COP26 tidak mengonfirmasi apakah negara-negara tadi akan ikut dalam rencana penghentian penggunaan energi batu bara selain untuk pengadaan listrik.

Terpisah, Powering Past Coal Alliance (PPCA) mengatakan batu baru masih digunakan dalam 37 persen pembangkit listrik dunia di 2019. Batu bara sendiri merupakan sumber energi yang murah dan mudah ditemukan.

Akibatnya, beberapa negara seperti Afrika Selatan, Polandia, dan India mendominasi penggunaan batu bara ini.

Maka dari itu, beberapa negara tersebut dan negara berkembang lain membutuhkan banyak investasi supaya mereka mampu beralih dari energi batu bara ke energi yang lebih ramah lingkungan.

Sebelumnya Aktivis lingkungan, Greta Thunberg, memang mengaku pesimis Pertemuan Puncak Perubahan Iklim ke 26 (Conference of The Parties/ COP26) akan menghasilkan praktik pengurangan emisi. Pertemuan puncak itu tak akan mengarah pada aksi konkret mencegah perubahan iklim.

Masyarakat dunia tak dapat berharap banyak dari hasil konferensi itu. Ia pun mengatakan tekanan publik salah satu cara untuk memaksa pemimpin dunia melakukan tindakan konkret.

“Perubahan akan datang ketika orang menuntutnya. Jadi kita tidak bisa mengharapkan semuanya terjadi di konferensi ini," katanya.

Thunberg meyakini politisi dunia hanya datang berbekal alasan permisif dan tak memberikan solusi konkret menekan emisi. Soal Net Zero-Emission (NZE) misalnya, merupakan sebuah ‘awal baik’ untuk menekan pemanasan global. Tetapi secara praktik beberapa perilaku negara justru mencari celah sehingga praktik NZE tak dapat dilaksanakan.

Ia pun memberi pesan agar pemimpin dunia jujur atas posisi dan kegagalan mereka.

"Jujurlah tentang di mana posisi anda, bagaimana anda telah gagal, bagaimana anda masih mengecewakan kami. Alih-alih mencoba mencari solusi, solusi nyata yang benar-benar akan mengarah ke suatu tempat, yang akan mengarah pada perubahan substansial, perubahan mendasar," katanya.