Papua: Seorang Anak Meninggal di Pengungsian Lantaran Sakit

Penulis : Tim Betahita

Hukum

Jumat, 12 November 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Seorang anak warga Distrik Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, bernama Evalina Aimau meninggal dunia di pengungsian lantaran sakitnya. Informasi ini diungkap Juru Bicara Komite Nasional Papua Barat atau KNPB Maybrat, Rudolof Fatem, Kamis (11/11) seperti diberitakan kantor berita jubi.

Anak perempuan berumur enam tahun itu meninggal pada Senin (8/11/2021). Rudolof Fatem menyatakan Evalina Aimau adalah anak yang mengikuti orangtuanya mengungsi pasca penyerangan Pos Koramil Persiapan Kisor pada 2 September 2021 lalu.

“Evalina Aimau adalah siswi kelas 1 di SD YPPK Aikrer, Distrik Aifat Timur,” katanya saat dihubungi Jubi melalui panggilan telepon, Kamis (11/11).

Fatem menceritakan bahwa Evalina Aimau sakit saat ikut orangtuanya mengungsi ke hutan. “Evalina Aimau sakit sejak berada dalam hutan. Akhirnya ia meninggal dunia pada 8 November 2021,” kata Fatem

Perempuan adat Tanah Papua di dalam hutan. Perempuan adat memegang hak kelola hutan ulayat karena peran pentingnya sebagai tulang punggung pangan di dalam keluarga. Foto: Pusaka

Saat ini banyak warga Distrik Aifat Timur, Aifat Timur Tengah, Aifat Timur Jauh, dan Aifat Selatan masih mengungsi ke hutan, karena takut menjadi korban salah tangkap pasca penyerangan Pos Koramil Persiapan Kisor. Fatem menyatakan masyarakat akan kembali ke kampung masing-masing jika pemerintah menarik pasukan TNI/Polri di Maybrat.

Fatem menjelaskan para warga sipil itu memilih bertahan di pengungsian karena merasa takut dan trauma.

“Anak-anak, para ibu, orang lanjut usia [mengungsi ke hutan. Mereka] tidak mendapat pelayanan, termasuk pelayanan pendidikan,” kata Fatem.

Selama di pengungsian Fatem menyatakan pembelajaran di sekolah tidak bisa berjalan normal, karena banyak guru juga turut mengungsi ke hutan. Selama berada di pengungsian juga para warga sipil itu tidak bisa beribadah.

“Kami harap pemerintah tarik militer [dari Kabupaten Maybrat], agar masyarakat bisa kembali [ke kampungnya dan] mengikuti Natal dengan damai,” katanya.

Secara terpisah, Ketua Komisi Kerawam Keuskupan Manokwari-Sorong, Pastor Isak Bame Pr saat dihubungi melalui panggilan telepon pada Kamis (11/11) membenarkan banyak warga sipil mengungsi sejak 2 September 2021. Menurutnya, warga yang mengungsi itu belum bisa kembali pulang ke kampung halamannya.

Warga dari lima distrik di Kabupaten Maybrat mengungsi pascapenyerangan Pos Koramil Persiapan di Kampung Kisor. “Warga yang mengungsi berasal dari Distrik Aifat Selatan, Distrik Aifat Timur, Distrik Aifat Timur Tengah, Distrik Aifat Timur Selatan, dan Distrik Aifat Timur Jauh,” katanya.

Bame menyayangkan situasi warga sipil yang bertahan di pengungsian, karena membuat warga kehilangan akses pelayanan kesehatan dan pendidikan. Ia berbela sungkawa atas meninggalnya anak di pengungsian.

Menurutnya, kasus seperti itu tidak akan terjadi jika para pengungsi memiliki akses layanan kesehatan. “Saya pikir pemerintah harus melihat hal itu, demi keselamatan generasi emas di Maybrat,” kata Pastor Isak Bame.