Shell Menarik Diri Dari Eksplorasi Cambo di Atlantik

Penulis : Aryo Bhawono

Energi

Sabtu, 04 Desember 2021

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Perusahaan minyak raksasa, Shell, menarik diri dari keikutsertaan dalam pengembangan ladang minyak lepas pantai di Cambo, Inggris. Mundurnya Shell diduga terkait dengan tingginya tanggung jawab dan pertaruhan reputasi. 

Ladang minyak Cambo berada di sekitar 125 kilometer sebelah barat Shetland, Skotlandia, di kedalaman air antara 1.050 meter (3.445 kaki) dan 1.100 meter (3.609 kaki). Shell memiliki 30 persen kepemilikan dari eksplorasi yang dikelola bersama Siccar Point Energy. Mereka beralasan investasi dalam proyek Atlantik Utara kurang potensial.

Alasan ini diberikan setelah perusahaan itu melakukan kajian komprehensif dan memberikan keputusan terbaik menarik diri dari eksplorasi itu. 

Pemangku kepentingan mayoritas eksplorasi di Cambo, Siccar Point energy, menyatakan akan melanjutkan pembicaraan dengan pemerintah Inggris mengenai masa depan eksplorasi ini. 

Ledakan di anjungan minyak di lapangan Montara lepas pantai Australia pada 2009. Doc. abc.net.au

Salah satu juru bicara Shell menyatakan masalah ekonomi untuk investasi dalam proyek tersebut tidak cukup kuat saat ini, serta memiliki potensi penundaan. Namun, investasi berkelanjutan dalam minyak dan gas di Inggris tetap penting bagi keamanan energi negara.

"Kami percaya Laut Utara - dan Shell di dalamnya - memiliki peran penting dalam bauran energi Inggris, mendukung pekerjaan dan keterampilan untuk memungkinkan transisi yang mulus ke masa depan rendah karbon Inggris," ucapnya seperti dikutip dari BBC, Sabtu, 4 Desember 2021.

Pengajuan lisensi eksplorasi Cambo mulai dilakukan pada 2001 dan diproyeksikan menghasilkan ratusan juta barel minyak. Jika disetujui Otoritas Minyak dan Gas Bumi, pengeboran dapat dimulai sedini 2022 - dan berlanjut selama 25 tahun.

Pemimpin proyek Siccar Point Energy mengatakan pengembangan eksplorasi Cambo tetap bermakna penting bagi ekonomi dan keamanan energi Inggris. CEO Siccar Point Energy, Jonathan Roger, mengatakan meski kecewa dengan perubahan posisi Shell namun mereka tetap yakin dengan kualitas sebuah proyek.

Eksplorasi ini akan membuka sebanyak 1.000 lapangan kerja dan peluang tenaga kerja dalam rantai pasokan. Selain itu eksplorasi juga membantu memudahkan transisi Inggris ke masa depan rendah karbon melalui minyak domestik yang diproduksi secara bertanggung jawab.

"Mengingat keputusan Shell, kami sekarang sedang berdiskusi dengan kontraktor kami, rantai pasokan, dan pemangku kepentingan yang lebih luas untuk meninjau opsi."

Pegiat dan pakar lingkungan khawatir dengan dampak ekologi eksplorasi ini. Mereka beranggapan mundurnya Shell terkait dengan tingginya tanggung jawab dan pertaruhan reputasi. 

Badan perdagangan Oil and Gas UK (OGUK) mengatakan kepercayaan investor terhadap minyak dan gas tetap penting. Direktur Hubungan Eksternal OGUK, Jenny Stanning, mengatakan keputusan Shell merupakan keputusan komersial antara mitra, tetapi tidak mengubah fakta bahwa Inggris akan membutuhkan proyek minyak dan gas baru. 

Namun para pegiat iklim mengatakan pengumuman Shell menandakan awal dari akhir proyek minyak dan gas baru. Caroline Rance dari Friends of the Earth Scotland mengatakan protes selama ini telah menyadarkan masyarakat bahwa eksplorasi Cambo dapat menjadi racun bagi ekosistem sehingga bahkan raksasa minyak Shell tidak ingin dikaitkan dengannya.

"Baik Pemerintah Inggris dan Skotlandia sekarang harus secara resmi menolak Cambo, mengatakan tidak pada pengembangan minyak dan gas di masa depan di perairan Inggris dan melanjutkan perencanaan transisi yang adil dan cepat bagi orang-orang yang bekerja di industri ini."

Bulan lalu, Menteri Pertama Nicola Sturgeon mengatakan Cambo seharusnya tidak mendapatkan izin. Selama ini dirinya menyerukan agar perkembangan itu dinilai kembali. Kini keputusan kelanjutan izin pengeboran berada di tangan otoritas Inggris.

Sementara pemerintah Inggris sendiri menyatakan permintaan minyak dan akan akan tetap tumbuh dalam beberapa tahun mendatang meski kebijakan energi telah mengarah pada sumber energi terbarukan. 

Pemerintah Skotlandia mengatakan ekstraksi bahan bakar fosil yang tidak terbatas menunjukkan inkonsistensi dalam melakukan kewajiban iklim. Juru bicara pemerintah Skotlandia menyebutkan terus meminta Pemerintah Inggris untuk segera menilai kembali semua lisensi minyak yang disetujui.