Malaysia Ajak Indonesia Perjuangkan Isu Sawit di Uni Eropa

Penulis : Kennial Laia

Sawit

Jumat, 07 Januari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Otoritas Malaysia mengatakan negara produsen terbesar produk kelapa sawit, Malaysia dan Indonesia, harus bekerja sama untuk memerangi kampanye negatif terhadap komoditas tersebut.

Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Hajjah Zuraida mengatakan, saat ini produk sawit Indonesia dan Malaysia menerima berbagai tuduhan dari pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat. Beberapa diantaranya, deforestasi masif di hutan alam dan kerja paksa dan kekerasan di area perkebunan.

“Malaysia dan Indonesia sebagai penghasil terbesar minyak sawit dituduh UE melanggar hukum lingkungan dan deforestasi. Namun faktanya kedua negara telah meratifikasi komitmen COP26,” kata Zuraida pada Tempo Talks, Senin (3/1).

Komitmen tersebut, kata Zuraida, mewajibkan negara penandatangan untuk melakukan praktik berkelanjutan dalam perkebunan kelapa sawit serta melakukan penanaman kembali. Zuraida mengklaim, aturan itu juga mewajibkan agar negara produsen tidak menggunakan lebih dari 50% area hutan di engaranya.

Foto udara hutan lindung Desa Anak Talang di Riau, yang ditanami sawit. Foto: Betahita/Robby

Menurut Zuraida, saat ini Malaysia memiliki batasan luas ekspansi pada angka 6,5 juta hektare. “Kami tidak akan melakukan ekspansi pada batas tersebut. Sebaliknya, kami akan fokus mengembangkan produksi dan produktivitas.”

Zuraida juga membantah tuduhan soal kerja paksa yang dilakukan perusahaan di negaranya. Menurutnya, Malaysia telah menandatangani Konvensi tentang Kerja Paksa 1930 (ILO Protocol 29) pada 26 November 2021.

“Karena itu tuduhan ini tidak dapat dijustifikasi sebab datang dari satu pihak/organisasi yang tidak mewakili potret perkebunan sebenarnya di Malaysia. Laporan itu juga tidak melewati mekanisme yang adil, sebab tidak melakukan verifikasi pada negara yang dilaporkan,” kata Zuraida.

Zuraida mengatakan pada akhir Januari 2022 pihaknya bersama Indonesia akan menghadiri forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Brussel. Dia mengklaim dua negara itu telah mempersiapkan argumen untuk membela sawit di forum tersebut. 

Menurut Zuraida, ada empat negara yang juga akan bergabung sebagai penghasil sawit, yakni Ghana, India, Honduras, dan Kolumbia. Zuraida berharap dengan bertambahnya anggota, maka Indonesia dan Malaysia dapat mempertahankan statusnya sebagai pemimpin pasar minyak sawit.

“Indonesia dan Malaysia harus bekerja sama dan mempertahankan kepentingannya,” kata Zuraida.  

Saat ini Indonesia merupakan sebagai penghasil minyak sawit di dunia, dengan luas sekitar 16,24 juta hektare (data Auriga Nusantara). Malaysia menyusul pada peringkat kedua, yang diklaim Zuraida mendapat profit sebesar US$ 154 miliar pada 2021.