Separuh Pembangkit Nuklir Milik Jerman Ditutup
Penulis : Aryo Bhawono
Energi
Sabtu, 22 Januari 2022
Editor :
BETAHITA.ID - Jerman menutup separuh dari enam pembangkit nuklir miliknya yang masih beroperasi pada Jumat dua pekan. Selama beberapa dekade negara itu telah menggantungkan sumber energinya pada pembangkit nuklir, sedangkan penutupan ini dilakukan setahun sebelum mereka mengakhiri seluruh pemakaian pembangkit nuklir pada 2022.
Keputusan penghentian bertahap penggunaan tenaga nuklir dan peralihan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan awalnya dilakukan oleh pemerintahan berhaluan kiri moderat, Gerhard Schroeder, pada tahun 2002. Penggantinya, Angela Merkel, pun turut membatalkan keputusan memperpanjang masa pakai pembangkit nuklir Jerman pasca bencana Fukushima 2011 di Jepang. Negara itu telah tahun 2022 sebagai batas waktu terakhir penggunaan pembangkit nuklir.
Tiga reaktor yang ditutup mulai beroperasi pada pertengahan 1980-an. Ketiganya menjadi pemasok kebutuhan listrik untuk jutaan rumah tangga Jerman selama hampir empat dekade.
Salah satu pabrik adalah Brokdorf, yang terletak 40 kilometer di barat laut Hamburg, tepatnya di tepi Sungai Elbe. Pembangkit ini menjadi fokus protes anti-nuklir yang dipicu oleh bencana Chernobyl 1986 di Uni Soviet.
Dua pabrik lainnya adalah Grohnde berada 40 kilometer selatan Hannover, dan Gundremmingen terletak 80 kilometer di sebelah barat Munich.
Sementara tiga pembangkit nuklir Jerman yang tersisa, yakni Emsland, Isar dan Neckarwestheim, akan dimatikan pada akhir tahun 2022.
Beberapa pihak di Jerman telah menyerukan keputusan mengakhiri penggunaan tenaga nuklir dipertimbangkan kembali karena pembangkit itu menghasilkan karbon dioksida yang relatif sedikit. Pendukung energi atom berpendapat pembangkit nuklir dapat membantu Jerman memenuhi target iklim, yakni mengurangi emisi gas rumah kaca.
Tetapi pemerintah Jerman mengatakan penonaktifan pembangkit nuklir 2022 dan penghapusan penggunaan batu bara secara bertahap hingga tahun 2030 tidak akan mempengaruhi keamanan energi negara itu maupun. Jerman tetap dapat menuju target menjadi negara dengan ekonomi ‘netral terhadap iklim’ terbesar di Eropa pada 2045.
“Dengan meningkatkan energi terbarukan secara besar-besaran dan mempercepat perluasan jaringan listrik, kami dapat menunjukkan bahwa ini mungkin di Jerman,” kata Menteri Ekonomi dan Iklim Robert Habeck seperti dikutip dari AP..
Fraunhofer Institute menyebutkan sumber energi terbarukan di negara itu pada 2021 ini menghasilkan hampir 46 persen listrik. Batubara, gas alam, dan bahan bakar fosil lainnya menyumbang hampir 41 persen. Sementara tenaga nuklir menyediakan lebih dari 13 persen.
Beberapa negara tetangga Jerman telah mengakhiri tenaga nuklir atau mengumumkan rencana untuk melakukan penghentian, tetapi yang lain tetap menggunakan teknologi tersebut. Ini telah memicu kekhawatiran keretakan pendapat soal nuklir di Eropa.
Prancis misalnya, berencana membangun reaktor baru dan Jerman memilih gas alam sebagai "jembatan" sampai energi terbarukan tersedia cukup. Kedua belah pihak berargumen bahwa sumber energi pilihan mereka digolongkan sebagai berkelanjutan.
Beberapa pekerjaan terkait pembangkit nuklir akan hilang. Perusahaan tenaga nuklir sendiri akan menerima hampir 3 Miliar Dolar AS untuk penutupan awal pembangkit listrik mereka. Perusahaan utilitas RWE menyebutkan dua pertiga dari 600 pekerja pembangkit listrik tenaga nuklir Gundremmingen akan terus terlibat dalam operasi pasca penutupan hingga 2030-an.
Menteri Lingkungan Steffi Lemke menepis anggapan pembangkit listrik tenaga nuklir generasi baru mungkin akan mendorong Jerman untuk mengubah arah lagi.
“Pembangkit listrik tenaga nuklir tetap menjadi fasilitas berisiko tinggi yang menghasilkan limbah atom radioaktif tinggi,” katanya kepada kelompok media Funke.
Namun hingga kini keputusan akhir untuk menyimpan limbah nuklir yang dihasilkan pembangkit listrik itu belum diputuskan. Para ahli mengatakan beberapa bahan akan tetap memiliki radioaktif berbahaya selama 35.000 generasi.