Jerman Pensiunkan 3 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklirnya

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Nuklir

Minggu, 09 Januari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Jerman pada Jumat (31/12/201) lalu resmi menutup setengah dari enam pembangkit nuklir yang masih beroperasi, setahun sebelum negara itu mengakhiri penggunaan tenaga atom selama puluhan tahun. Pembangkit nuklir yang ditutup adalah pabrik Brokdorf, Grohnde dan Gundremmingen.

Keputusan untuk menghentikan tenaga nuklir dan beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan pertama kali diambil oleh pemerintah kiri-tengah Gerhard Schroeder pada 2002 lalu. Penggantinya, Angela Merkel, membatalkan keputusannya untuk memperpanjang masa pakai pembangkit nuklir Jerman setelahnya bencana Fukushima 2011 di Jepang dan menetapkan 2022 sebagai batas waktu terakhir untuk mematikannya.

Tiga reaktor yang sekarang ditutup pertama kali dinyalakan pada pertengahan 1980-an. Bersama-sama mereka menyediakan listrik untuk jutaan rumah tangga Jerman selama hampir empat dekade.

Salah satu pabrik--Brokdorf, yang terletak 40 kilometer (25 mil) barat laut Hamburg di Sungai Elbe--menjadi fokus khusus protes anti-nuklir yang dipicu oleh bencana Chernobyl 1986 di Uni Soviet. Dua pabrik lainnya adalah Grohnde, 40 kilometer selatan Hannover, dan Gundremmingen, 80 kilometer (50 mil) barat Munich.

Uap naik dari menara pendingin pembangkit listrik tenaga nuklir di Gundremmingen, Bavaria, Jerman, Jumat (31/12/2021). Jerman menutup tiga pabrik niklirnya, pada akhir tahun lalu./Foto: Stefan Puchner/dpa melalui AP).

Sedangkan untuk tiga pembangkit nuklir Jerman yang tersisa kini--Emsland, Isar dan Neckarwestheim--akan dimatikan pada akhir 2022.

Beberapa pihak di Jerman telah menyerukan agar keputusan untuk mengakhiri penggunaan tenaga nuklir dipertimbangkan kembali karena pembangkit listrik yang sudah beroperasi menghasilkan karbon dioksida yang relatif sedikit. Pendukung energi atom berpendapat bahwa itu dapat membantu Jerman memenuhi target iklimnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Tetapi pemerintah Jerman mengatakan pekan lalu bahwa menonaktifkan semua pembangkit nuklir tahun depan dan kemudian menghapus penggunaan batu bara secara bertahap pada 2030 tidak akan mempengaruhi keamanan energi negara atau tujuannya untuk membuat ekonomi terbesar Eropa 'netral iklim' pada 2045.

“Dengan meningkatkan energi terbarukan secara besar-besaran dan mempercepat perluasan jaringan listrik, kami dapat menunjukkan bahwa ini mungkin di Jerman," kata Menteri Ekonomi dan Iklim Robert Habeck, dilansir dari The Associated Press.

Sumber energi terbarukan menghasilkan hampir 46 persen listrik yang dihasilkan di Jerman pada 2021. Batu bara, gas alam, dan bahan bakar fosil lainnya menyumbang hampir 41 persen, sementara tenaga nuklir menyediakan lebih dari 13 persen, menurut Fraunhofer Institute.

Beberapa tetangga Jerman telah mengakhiri tenaga nuklir atau mengumumkan rencana untuk melakukannya , tetapi yang lain tetap menggunakan teknologi tersebut. Hal ini telah memicu kekhawatiran keretakan nuklir di Eropa, dengan Prancis berencana untuk membangun reaktor baru dan Jerman memilih gas alam sebagai 'jembatan' sampai sumber daya terbarukan cukup tersedia, dan kedua belah pihak berargumen bahwa sumber energi pilihan mereka digolongkan sebagai berkelanjutan.

Sementara beberapa pekerjaan akan hilang, perusahaan utilitas RWE mengatakan lebih dari dua pertiga dari 600 pekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir Gundremmingen akan terus terlibat dalam operasi pasca-penutupan hingga 2030-an. Perusahaan tenaga nuklir Jerman akan menerima hampir $3 miliar untuk penutupan awal pembangkit listrik mereka.

Menteri Lingkungan Steffi Lemke telah menepis anggapan, pembangkit listrik tenaga nuklir generasi baru mungkin akan mendorong Jerman untuk mengubah arah lagi.

“Pembangkit listrik tenaga nuklir tetap menjadi fasilitas berisiko tinggi yang menghasilkan limbah atom radioaktif tinggi,” katanya kepada kelompok media Funke pekan lalu.

Keputusan akhir belum diambil tentang di mana harus menyimpan limbah nuklir paling kuat yang dihasilkan di pembangkit listrik Jerman. Para ahli mengatakan beberapa bahan akan tetap radioaktif berbahaya selama 35.000 generasi.

Jerman Anggap Tenaga Nuklir Berbahaya dan Menolak Rencana UE

Pemerintah Jerman menganggap energi nuklir berbahaya dan menolak proposal Uni Eropa yang akan membiarkan teknologi itu tetap menjadi bagian dari rencana blok itu untuk masa depan yang ramah iklim.

Jalan berlawanan yang diambil oleh dua ekonomi terbesar UE telah menghasilkan situasi yang canggung bagi Komisi eksekutif blok tersebut. Rancangan rencana Uni Eropa dilihat oleh The Associated Press menyimpulkan bahwa baik energi nuklir dan gas alam dalam kondisi tertentu dapat dianggap berkelanjutan untuk tujuan investasi.

"Kami menganggap teknologi nuklir berbahaya," juru bicara pemerintah Steffen Hebestreit mengatakan kepada wartawan di Berlin, mencatat bahwa pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dengan limbah radioaktif yang akan bertahan selama ribuan generasi masih belum terselesaikan.

Hebestreit menambahkan bahwa Jerman dengan tegas menolak penilaian UE tentang energi atom dan telah berulang kali menyatakan posisi ini terhadap komisi tersebut. Jerman sekarang sedang mempertimbangkan langkah selanjutnya tentang masalah ini, katanya.

Para pemerhati lingkungan telah mengkritik penekanan Jerman pada gas alam, yang lebih sedikit menimbulkan polusi daripada batu bara tetapi masih menghasilkan karbon dioksida--gas rumah kaca utama--ketika dibakar.

Hebestreit mengatakan tujuan pemerintah Jerman adalah untuk menggunakan gas alam hanya sebagai "teknologi jembatan" dan menggantinya dengan alternatif non-polusi seperti hidrogen yang diproduksi dengan energi terbarukan pada tahun 2045, batas waktu yang telah ditetapkan negara untuk menjadi netral iklim.

Dia menolak untuk mengatakan apakah Kanselir Olaf Scholz mendukung pandangan Menteri Ekonomi dan Iklim Robert Habeck bahwa proposal Komisi UE adalah bentuk 'pencucian hijau'.