Krisis Air Biang Polusi Udara New Delhi

Penulis : Aryo Bhawono

Lingkungan

Sabtu, 22 Januari 2022

Editor :

BETAHITA.ID -  Asap pembakaran akibat tunggul tanaman selalu memenuhi Ibukota India, New Delhi, setiap musim dingin. Api dari ladang pertanian itu tak segera padam dan terus menjadi sekam hingga menyebabkan kabut asap beracun.

Polusi udara kota Delhi datang ketika musim dingin tiba. Ketika itu polusi menyusut di atmosfer dan meningkatkan konsentrasi. Kondisi polusi ini bercampur dengan asap dari ladang, hasil pembakaran jerami dan tunggul, di daerah sebelah barat laut kota itu serta sisa kembang api perayaan Diwali. 

Dikutip dari BBC, lonjakan polusi pun terjadi hingga membuat udara ibukota itu melampaui kadar bahaya pada pekan pertama November. Sisa pembakaran jerami di pinggiran kawasan perkotaan menyumbang 42 persen tingkat partikel halus (PM 2.5) yang bisa masuk ke paru-paru. 

Kondisi buruk udara di India memaksa negara itu merogoh kocek sekitar 95 Miliar Dolar AS setiap tahun untuk menanggulanginya. 

Ilustrasi bencana kekeringan. Foto: Global Risk Insight

Pemerintah India sejatinya telah melarang praktik pembakaran jerami dan tunggul di kawasan pertanian. Namun praktik ini terus terjadi. 

Pakar Iklim, Mridula Ramesh, menyebutkan perubahan pola pertanian di India menempatkan air sebagai bahan eksploitasi untuk pertanian secara besar-besaran. Lahan di India hanya memperoleh curah hujan antara 500-700 mm setahun. Namun pertanian ganda, padi dan gandum, membutuhkan sekitar 1.240 mm setahun sehingga petani menggunakan air tanah untuk menutupi kesenjangan ini. 

Penanaman padi dalam jumlah besar terjadi di negara bagian Punjab dan Haryana dan membutuhkan sekitar 48 miliar meter kubik air tanah per tahun. Pemanfaatan air inipun membuat permukaan air tanah di negara-negara bagian ini turun dengan cepat. Menurut perkiraan resmi, Punjab diperkirakan akan kehabisan air tanah dalam 20-25 tahun dari 2019.

Pada masa lalu penanaman untuk pertanian memanfaatkan air berdasarkan ketersediaan lokal. Tangki, kanal genangan, dan hutan membantu memperlancar variabilitas yang melekat pada air di India.

Perubahan kemudian terjadi di akhir abad ke-19, Inggris memperlakukan tanah dengan berbeda seiring dengan kepentingan pengamanan perbatasan barat laut India dari kemungkinan serangan Rusia. Mereka membangun kanal-kanal yang menghubungkan sungai-sungai Punjab, membawa air ke daratan yang kering. Hutan juga ditebang untuk kebutuhan rel kereta api yang bisa mengangkut produk dari ladang yang baru mendapat aliran air. 

Inggris kemudian memberlakukan pajak tetap yang harus dibayar secara tunai, petani pun menyambut kebijakan ini. Perubahan ini membuat petani percaya bahwa air dapat dibentuk, terlepas dari sumber lokal. 

Setelah merdeka dari Inggris pada tahun 1947, kekeringan yang berulang membuat pemerintah India menyerah pada iming-iming "revolusi hijau".

Sampai saat itu, padi, tanaman yang haus air, merupakan tanaman marginal di Punjab. Padi ditanam di kurang dari 7 persen bidang lahan. Tetapi mulai awal tahun 1960-an, penanaman padi didorong dengan menunjukkan kepada para petani bagaimana cara yang murah dan nyaman untuk memanfaatkan sumber air bawah tanah.

Tarif listrik tetap untuk sumur bor  murah dan akhirnya tidak dibayar. Kebijakan ini  - menghilangkan insentif apa pun untuk menghemat air. Air tidak perlu diatur, petani diajari, hanya diekstraksi. 

Pada tahun-tahun pertama revolusi yang memabukkan, ladang-ladang mulai menghasilkan padi dan gandum, dan India menjadi aman pangan. Tetapi setelah beberapa dekade, air mulai menyembur.

Untuk menghemat air tanah, undang-undang tahun 2009 melarang petani menabur dan menanam padi sebelum tanggal yang ditentukan berdasarkan awal musim hujan. Tujuannya adalah untuk membuat sumur bor berjalan lebih sedikit di bulan-bulan puncak musim panas.

Namun penundaan penanaman padi mempersempit kesenjangan antara panen padi dan menabur gandum. Dan cara tercepat untuk membersihkan ladang adalah dengan membakarnya, sehingga menimbulkan asap yang menambah polusi udara di India utara.

Jadi, kabut asap beracun hanyalah simbol yang terlihat dari keretakan hubungan India dengan airnya.