Krisis Iklim Merusak Infrastruktur dan Rumah Penduduk Arktik

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Jumat, 14 Januari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Perubahan iklim telah membawa dampak yang luar biasa di Arktik. Meningkatnya suhu bumi menyebabkan tanah beku mencair, sehingga memicu kerusakan rumah, jalan, dan saluran pipa di wilayah pemukiman sekitar Arktik.

Temuan baru tersebut terbit di jurnal Nature Reviews Earth & Environment, Selasa (11/1). Dalam laporannya, ilmuwan kembali menyorot tentang bagaimana perubahan iklim mengancam seluruh kehidupan dan ekosistem bumi.  

Diketahui bahwa terdapat lima juta manusia yang tinggal di wilayah permafrost (lapisan tanah beku) di Arktik. Pemanasan global telah mengganggu kehidupan mereka, dengan naiknya suhu Arktik  dua hingga empat kali lebih cepat dari sisa wilayah bumi.

Ilmuwan yang mempelajari Arktik mengatakan bahwa 70% infrastruktur dan 30-50% infrastruktur krusial berisiko mengalami kerusakan pada 2050. Proyeksi kerugian mencapai miliaran dolar.

Fenomena tanah amblas (sinkhole) yang terjadi wilayah Arktik. Ini terjadi setelah mencairnya permafrost di dekat desa Unalakleet, Alaska, Laut Bering, pada 2021. Foto: Kaare Siquac melalui BBC News

“Setiap komunitas di Arktik memiliki perbedaan. Namun semua orang yang tinggal di wilayah permafrost mengalami masa yang sangat sulit," kata Kaare Sikuaq dikutip BBC News, Rabu (12/1). Kaare merupakan mediator budaya antara penduduk dan lembaga-lembaga di Alaska.

Permafrost atau tundra didefinisikan sebagai lahan yang membeku secara terus menerus dalam jangka waktu dua tahun. Area ini mencakup seperempat dari permukaan belahan bumi utara, termasuk setengah wilayah Kanada dan 80% Alaska.

Namun naiknya suhu bumi telah menyebabkan berbagai wilayah ini mencair. Seringkali dampaknya tidak dapat diprediksi, mulai dari fenomena tanah amblas (sinkhole), tanah longsor, dan banjir.

Baik konstruksi itu sendiri maupun pemanasan iklim menyebabkan lapisan es mencair, yang mengancam infrastruktur yang ada dan proyek konstruksi di masa depan,” kata penulis utama Prof Jan Hjort di Universitas Oulu di Finlandia.

Mencairnya lapisan tanah beku di Alaska memengaruhi segala aspek kehidupan bagi penduduk Alaska. Hal itu mulai dari sulitnya menggali fondasi rumah, membangun jalan yang rata, hingga memasang saluran pembuangan dan sistem air. Kondisi penduduk di Alaska diperparah oleh terbatasnya alternatif tempat tinggal, terutama bagi masyarakat adat.

Laporan itu juga mengungkap bahwa 80% bangunan telah rusak di beberapa kota yang berdiri di atas permafrost. Wilayah ini berada di Rusia, tempat mayoritas kota-kota Arktik. Lanskap yang terdegradasi tersebut berdampak pada ketahanan pangan, gaya hidup masyarakat tradisional, dan aksesibilitas penduduk.

Selama beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah mengingatkan bahwa kenaikan suhu bumi akan semakin cepat di masa depan. Salah satu dampaknya adalah pencairan permafrost yang semakin cepat.

Menurut studi tersebut, setidaknya 120.000 bangunan, 40.000 kilometer jalan, dan 9.500 saluran pipa, serta lapangan terbang berlokasi di atas area permafrost di Arktik.

“Stabilitas seluruh lanskap Arktik bergantung pada ambang suhu nol derajat Celcius. Dan saat ini suhu permukaan kian mendekati nol, yang telah menyebabkan gelombang masalah yang besar,” kata ahli geologi Louise Farquharson di University of Fairbanks, Alaska, kepada BBC News.

Satu-satunya cara untuk menyelamatkan wilayah ini dan sisa dari Bumi adalah mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca. Ini membutuhkan komitmen dan aksi yang serius negara-negara dalam menurunkan suhu bumi.