Polusi Kimia di Bumi Lewati Batas Aman Bagi Ekositem dan Manusia

Penulis : Tim Betahita

Lingkungan

Rabu, 26 Januari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Polusi kimia, yang terdiri dari berbagai senyawa dari aktivitas manusia, telah lama menyelimuti planet Bumi. Namun ilmuwan mengatakan kini jumlahnya mengancam stabilitas ekosistem global dan umat manusia.

Secara khusus, plastik mendapat perhatian lebih, bersama 350.000 bahan kimia sintetis lainnya termasuk pestisida, senyawa industri, dan antibiotik. Selain itu terdapat beberapa bahan kimia beracun seperti polycholinated byphenyls (PCBs) yang bersifat tahan lama dan menyebar luas. Beberapa negara termasuk Amerika Serikat bahkan melarang penggunaan senyawa ini pada 1978. 

Studi tersebut, terbit di jurnal Environmental Science & Technology pada Januari 2022. Ilmuwan menyimpulkan bahwa polusi kimia telah melewati “batas planet”, titik di mana perubahan buatan manusia pada Bumi mendorongnya keluar dari lingkungan stabil selama 10.000 tahun terakhir. 

Polusi kimia mengancam ekosistem Bumi dengan merusak proses biologis dan fisik yang menopang semua kehidupan. Pestisida, misalnya, memusnahkan banyak serangga non-target, yang sangat penting bagi semua ekosistem, dan berperan dalam ketersediaan udara, air, dan makanan yang bersih.

Seekor penyu menggigit sampah plastik/ Troy Mayne/WWF

“Ada peningkatan lima puluh kali lipat dalam produksi bahan kimia sejak 1950 dan ini diproyeksikan tiga kali lipat pada 2050,” kata kandidat PhD Patricia Villarrubia-Gómez di Stockholm Resilience Center (SRC), bagian dari tim studi, dikutip The Guardian.  

“Kecepatan masyarakat dalam memproduksi dan melepaskan bahan kimia baru ke lingkungan tidak konsisten dengan tetap berada dalam ruang operasi yang aman bagi umat manusia.” 

Dr Sarah Cornell, peneliti utama di SRC, mengatakan: “Untuk waktu yang lama, manusia telah mengetahui bahwa polusi kimia adalah hal buruk. Namun mereka belum memikirkannya di tingkat global. Studi ini mengungkap bagaimana manusia mengubah planet dengan menciptakan polusi kimia, terutama plastik.” 

Di masa lalu, beberapa ancaman polusi kimia ditangani dengan cukup baik, termasuk chlorofluorocarbon (CFC) yang merusak lapisan ozon.

Untuk mengetahui polusi kimia telah melampaui ambang batas aman, para peneliti menggunakan kombinasi pengukuran untuk menilai kondisi terkini. Hal itu termasuk tingkat produksi bahan kimia yang meningkat pesat, serta pelepasan ke lingkungan yang jauh lebih cepat ketimbang kemampuan pihak berwenang untuk melacak atau menyelidiki dampaknya. 

Efek negatif yang terkenal dari beberapa bahan kimia—dari ekstraksi bahan bakar fosil untuk memproduksinya hingga kebocoran ke lingkungan, menjadi bagian dari penilaian. Para ilmuwan mengakui bahwa data masih terbatas di banyak area, namun bukti yang ada menunjukkan adanya pelanggaran pada batas planet. 

“Ada bukti bahwa segala sesuatu mengarah ke arah yang salah di setiap sisi,” kata Prof Bethanie Carney, salah satu anggota tim dari Universitas Gothenburg. 

“Misalnya, total massa plastik kini melebihi massa total semua mamalia yang hidup. Bagi saya itu indikasi yang cukup jelas. Saat ini kita menghadapi masalah, namun ada solusinya.”

Villarrubia-Gómez mengatakan: “Pergeseran ke ekonomi sirkular sangat penting. Itu berarti mengubah bahan dan produk agar dapat digunakan kembali, tidak terbuang percuma.” 

Para peneliti mengatakan regulasi yang lebih kuat diperlukan. Batasan tetap pada produksi dan pelepasan bahan kimia di masa depan juga perlu dilakukan, yang tujuan akhirnya adalah mengakhiri polusi kimia itu sendiri. 

Batas polusi kimia merupakan yang kelima dari sembilan hal yang telah melampaui batas, menurut para ilmuwan. Hal itu termasuk pemanasan global, perusakan habitat liar, hilangnya keanekaragaman hayati dan polusi nitrogen dan fosfor yang berlebihan.