WEF: Covid Merusak Perjuangan Melawan Pemanasan Global
Penulis : Tim Betahita
Perubahan Iklim
Senin, 24 Januari 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Laporan terbaru dari World Economic Forum (WEF) menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah memperdalam kesenjangan global antara negara kaya dan miskin, serta mempersulit menemukan motivasi bersama untuk memerangi pemanasan global.
Laporan tersebut menempatkan ancaman terkait iklim atau lingkungan di lima slot teratas dalam daftar 10 risiko jangka panjang. Namun, WEF memperingkatkan bahwa adanya kesenjangan dalam pembagian vaksin membuat kolaborasi untuk membatasi peningkatan suhu menjadi lebih sulit.
Presiden WEF Børge Brende mengatakan laporan itu menunjukkan lambannya penanganan darurat iklim berbiaya jauh lebih besar ketimbang ongkos yang dikeluarkan jika negara di dunia bertindak.
“Planet kita sedang terbakar dan kita harus menghadapinya,” kata Brende dikutip The Guardian, Kamis, 20 Januari 2022.
Dalam survei risiko tahunannya, WEF mengatakan suasana di antara negara anggotanya suram. Hanya 16% yang merespons bahwa mereka optmistis tentang prospek dunia, dan hanya 11% percaya pada percepatan pemulihan global.
Sebagian besar responden membayangkan tiga tahun ke depan akan ditandai oleh volatilitas dan guncangan atau dengan melebarnya kesenjangan antara negara miskin dan kaya.
Direktur Pelaksana WEF Saadia Zahidi mengatakan, “Gangguan kesehatan dan ekonomi memperparah perpecahan sosial. Ini menciptakan ketegangan pada saat kolaborasi di dalam masyarakat dan di antara komunitas internasional menjadi fundamental untuk memastikan pemulihan global yang lebih merata dan cepat.”
“Para pemimpin global harus bersatu dan mengadopsi pendekatan multi-stakeholder yang terkoordinasi untuk mengatasi tantangan global yang tak henti-hentinya dan membangun ketahanan menjelang krisis berikutnya.”
Menurut laporan WEF, 10 tahun ke depan memiliki risiko global terbesar jika dunia gagal mengatasi perubahan iklim. Hal itu diikuti cuaca ekstrem, hilangnya keanekaragaman hayati, krisis sumber daya alam, dan kerusakan lingkungan manusia.
Selain itu, dampak ekonomi akibat pandemi akan menambah tekanan yang sudah ada – seperti melebarnya kesenjangan digital, pendidikan, dan keterampilan – yang berisiko memecah dunia menjadi lintasan yang berbeda.
“Di beberapa negara, peluncuran vaksin yang cepat, transformasi digital yang sukses, dan peluang pertumbuhan baru dapat berarti kembalinya tren pra-pandemi dalam jangka pendek dan kemungkinan pandangan yang lebih tangguh dalam jangka waktu yang lebih panjang,” katanya.
“Namun banyak negara lain akan terhambat oleh tingkat vaksinasi yang rendah, tekanan akut yang terus berlanjut pada sistem kesehatan, kesenjangan digital, dan pasar kerja yang stagnan. Perbedaan ini akan memperumit kolaborasi internasional yang diperlukan untuk mengatasi dampak buruk perubahan iklim, mengelola arus migrasi, dan memerangi risiko dunia maya yang berbahaya.”