Tahun ini, Kekeringan Diprediksi Makin Menjadi di Afrika

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Kamis, 03 Februari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kawasan Semenanjung Tanduk Afrika diterpa kekeringan parah belakangan ini. Kekeringan parah diprediksi akan semakin menjadi pada 2022.

Dampak krisis iklim berupa naiknya temperatur dan tiga musim hujan yang tidak hadir berturut-turut menimbulkan guncangan iklim (climate shocks) yang mengancam jutaan jiwa.

Tiga negara di Tanduk Afrika, yakni Somalia, Kenya, dan Ethiopia telah melaporkan dampak mengerikan kekeringan yang menerpa negerinya.

Di Tanduk Afrika, para peternak susah payah menjaga hewan dan mereka sendiri tetap hidup. Bangkai binatang yang mati kelaparan bertebaran.

Foto udara bangkai enam jerapah yang mati di Kenya sebelum mencapai reservoir untuk minum. Kekeringan berkepanjangan tak hanya mengancam jutaan warga Kenya, namun juga satwa. Otoritas lokal menyatakan 4.000 jerapah di wilayah tersebut dapat musnah. Foto: Ed Ram/Getty Images

Zaynab Wali, seorang warga Region Somali, Ethiopia mengaku belum pernah melihat kekeringan separah ini. Kepada tim dari UNICEF, ia mengaku perlu menghidupi tujuh anaknya di tengah kekeringan.

Menurutnya, pemerintah Ethiopia selalu mengirimkan makanan dan pakan ternak ketika kekeringan melanda lima tahun lalu. Kini, stok makanan menipis dan bantuan tak kunjung datang.

“Kami tidak punya cukup makanan untuk keluarga kami,” kata Zaynab.

Kekeringan parah menyebabkan lebih dari enam juta warga Ethiopia diperkirakan butuh bantuan kemanusiaan mendesak pada pertengahan Maret.

Sementara itu, Somali NGO Consortium menyebut lebih dari tujuh juta warga Somalia butuh bantuan segera. Mereka meminta donor internasional untuk memperbesar jumlah bantuan.

Kekeringan juga membuat warga kehilangan hewan ternak. Selain makanan manusia semakin langka, pakan ternak pun menipis akibat kekeringan yang diprediksi akan semakin parah.

“Kami baru sebulan memasuki musim kering dan saya sudah kehilangan 25 kambing dan domba,” kata Hafsa Bedel, warga Ethiopia lain.

“Saya juga kehilangan empat ekor unta. Tidak ada padang rumput di sini,” ujarnya.

Sebelumnya, Kekeringan dilaporkan mulai kembali melanda bagian utara Kenya medio tahun lalu. Bencana ini menyebabkan ternak dan manusia kekurangan makanan.

Para penggembala Kenya terpaksa membiarkan ternak mereka kurus akibat kekurangan minum dan makanan. “Jika mereka mati, kita mati,” kata Yusuf Abdullahi, seorang peternak Kenya.

Bencana kekeringan membuat pemerintah Kenya mengumumkan situasi darurat di 10 dari 47 provinsinya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut lebih dari dua juta warga Kenya terancam kekurangan makanan.

Kekeringan pun memaksa warga menjelajah lebih jauh untuk mencari sumber air minum dan makanan. Hal ini pun dapat menyebabkan ketegangan antarkomunitas atau etnis.