Sungai di Seluruh Dunia Tercemar Bahan Farmasi

Penulis : Kennial Laia

Lingkungan

Rabu, 16 Februari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Sungai di seluruh dunia telah tercemar obat-obatan yang dikonsumsi oleh manusia. Menurut sebuah studi terbaru, kondisi ini merupakan ancaman global terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Obat-obatan dan senyawa aktif biologis lainnya yang digunakan manusia diketahui membahayakan satwa liar dan antibiotik di lingkungan meningkatkan risiko resistensi terhadap obat. Ini merupakan salah satu ancaman terbesar bagi umat manusia.

Penelitian tersebut terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS). Di dalamnya, para ilmuwan mengukur konsentrasi 61 bahan farmasi aktif atau active pharmaceutical ingredients (API) di lebih dari 1.000 lokasi di sepanjang 258 sungai dan di 104 negara yang mencakup semua benua.

Hasilnya, hanya dua tempat yang tidak tercemar. Mereka adalah Islandia dan desa di Venezuela di mana penduduk asli tidak menggunakan obat-obatan modern.

Foto udara limbah pabrik yang dibuang di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Rancamanyar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat./Foto: Antara

API yang paling sering terdeteksi adalah obat anti-epilepsi bernama carbamazepine yang sulit diurai, obat diabetes bernama metformin, dan kafein. Ketiganya ditemukan di setidaknya setengah dari situs yang diteliti.

Bahan farmasi aktif berakhir di sungai setelah dikonsumsi oleh manusia dan ternak yang kemudian dibuang ke sistem saluran pembuangan ke lingkungan. Ada juga indikasi beberapa berasal dari kebocoran pabrik farmasi.

Wilayah dengan tingkat API sangat tinggi berada di Lahore, Pakistan; La Paz, Bolivia; dan Addis Ababa, Etiopia. Madrid di Spanyol berada di 10% teratas tempat dengan konsentrasi kumulatif tertinggi, dan Glasgow, Inggris, dan Dallas, Amerika Serikat, berada di 20% teratas.

Sebuah riset pada Januari memperkirakan bahwa sekitar 5 juta orang meninggal pada 2019 akibat infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Daerah yang menderita dampak tertinggi dari resistensi antibiotik dalam penelitian tersebut sangat mirip dengan penelitian dengan polusi obat terburuk, menunjukkan bahwa kontaminasi sungai mungkin berperan dalam meningkatkan resistensi.

Satu situs di Bangladesh memiliki tingkat antibiotik metronidazole lebih dari 300 kali lebih tinggi dari target yang aman, diduga akibat kebocoran dari manufaktur farmasi.

Polusi obat-obatan sudah diketahui membahayakan satwa liar, mulai dari antidepresan yang menyebabkan jalak makan lebih sedikit dan obat-obatan kontrasepsi yang mengurangi populasi ikan.

Para ilmuwan dalam studi ini mengklaim bahwa temuan tersebut sejauh ini merupakan yang terbesar dan mewakili dampak pencemaran sungai terhadap 470 juta orang. Para peneliti menyimpulkan: “Polusi farmasi merupakan ancaman global bagi lingkungan dan kesehatan manusia.”