Polusi Karbon Hitam Tingkatkan Pencairan Salju di Antartika
Penulis : Kennial Laia
Lingkungan
Sabtu, 26 Februari 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Polusi karbon hitam dari kegiatan pariwisata dan penelitian di Antartika diperkirakan meningkatkan pencairan es di benua tersebut. Menurut laporan terbaru, diperkirakan setiap pengunjung menghasilkan 83 ton.
Para ilmuwan telah memperkirakan bahwa karbon hitam yang dihasilkan oleh kapal, pesawat, dan generator diesel menghasilkan 23mm pencairan salju tambahan setiap musim panas di daerah tutupan es yang paling sering dikunjungi.
Pada musim 2019-2020, sekitar 73.991 turis mengunjungi Antarika. Angka tersebut berlipat ganda dibandingkan dengan satu dekade yang lalu.
Laporan yang terbit di jurnal Nature Communications, Selasa, 22 Februari 2022, oleh sebuah tim peneliti mengambil sampel salju setiap tahun antara 2016 dan 2020 di Antartika. Total terdapat 28 lokasi sampel, membentang 2.000 kilometer dari ujung utara benua tersebut hingga Pegunungan Ellsworth.
Para peneliti berfokus pada semenanjung Antartika, di mana sekitar setengah dari fasilitas penelitian di benua itu berada. Selain itu diperkirakan 95% perjalanan wisata Antartika berlokasi di tempat yang sama.
Tim peneliti memperkirakan bahwa 53.000 wisatawan mengunjungi Antartika setiap tahun antara 2016 dan 2020.
Dr Raul Cordero, rekan penulis studi dari Universitas Santiago Chile, me ngatakan salju Antartika adalah yang terbersih di Bumi. Biasanya tingkat dasar karbon hitam sekitar satu bagian dalam satu miliar.
“Itu 1.000 kali lebih kecil dari apa yang akan Anda temukan di Himalaya, dan 100 kali lebih sedikit dari apa yang dapat Anda temukan di Andes atau di Pegunungan Rocky,” kata Cordero, dikutip The Guardian.
“Karbon hitam membuat salju lebih gelap, sehingga menyerap lebih banyak radiasi matahari,” jelas Cordero. “Energi ekstra itu mempercepat pencairan salju.”
Dalam studi tersebut tersebut, tingkat karbon hitam di situs-situs semenjang Antartika antara dua dan empat kali lebih tinggi ketimbang bagian lain benua tersebut.
Untuk menghindari situasi yang lebih parah, para ilmuwan meyakini pembatasan jumlah wisatawan ke Antartika perlu dilakukan.
Tim menghitung kemungkinan pencairan salju dengan menghitung bagaimana polusi karbon hitam mengurangi albedo salju - ukuran seberapa baik permukaan memantulkan energi matahari.
Mereka juga menghitung bahwa jejak karbon hitam seorang peneliti Antartika sekitar 10 kali lebih besar dibandingkan jejak seorang turis.
“Kami memperkirakan, salju yang mencair lebih cepat karena aktivitas yang dilakukan oleh seorang peneliti akan mendekati 1.000 ton,” kata Cordero. “Setiap peneliti menggunakan kapal, pesawat, helikopter, generator – dan semua orang menggunakan diesel untuk menyalakannya.”
Cordero mengatakan bahwa meski jumlah pencairan salju akibat polusi jauh lebih sedikit daripada es dan salju yang hilang akibat pemanasan global, studi tersebut menyoroti perlunya transisi ke sumber energi terbarukan, seperti yang dilakukan oleh stasiun penelitian Belgia, Princess Elisabeth Antartica, yang sebagian besar ditenagai oleh angin.
“Antartika adalah benua terakhir yang kurang lebih tidak tercemar. Saya pikir kita harus mencoba untuk tetap seperti itu.”