Peneliti Temukan Mikroplastik dalam Darah Manusia
Penulis : Kennial Laia
Lingkungan
Minggu, 27 Maret 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Untuk pertama kalinya polusi mikroplastik berhasil dideteksi dalam darah manusia. Para peneliti menemukan partikel renik tersebut pada hampir 80% orang yang dites dalam studi.
Studi terbaru itu menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mengalir di seluruh tubuh manusia dan mungkin bisa bersarang di organ. Untuk sementara, dampaknya terhadap kesehatan belum diketahui.
Meskipun demikian, para peneliti khawatir karena partikel tersebut menyebabkan kerusakan sel manusia di laboratorium. Di sisi lain, penelitian telah mengungkap bahwa partikel polusi udara menyebabkan jutaan kematian dini setiap tahun.
Saat ini polusi plastik ditemui di daratan bumi, laut, dan udara. Berbagai studi juga telah mengungkap bahwa manusia mengonsumsi mikroplastik melalui makanan dan minum, serta menghirupnya di udara. Partikel ini juga ditemukan di feses bayi dan orang dewasa.
Studi tersebut, terbit dalam jurnal Environment International, menganalisis sampel darah dari 22 donor anonim. Semuanya merupakan dewasa sehat. Hasilnya, para ilmuwan menemukan partikel di tubuh 17 peserta.
Setengah dari sampel mengandung plastik PET, yang biasa digunakan dalam botol minuman, sementara sepertiga mengandung polistirena, yang digunakan untuk mengemas makanan dan produk lainnya. Seperempat sampel darah mengandung polietilen, bahan baku kantong plastik.
“Studi kami adalah indikasi pertama bahwa kita memiliki partikel polimer dalam darah kita – ini adalah hasil terobosan,” kata Prof Dick Vethaak, ahli ekotoksikologi di Vrije Universiteit Amsterdam di Belanda, dikutip The Guardian, Kamis, 24 Maret 2022.
“Tetapi kita harus memperluas penelitian dan meningkatkan ukuran sampel, jumlah polimer yang dinilai, dan sebagainya.” Dia menambahkan studi lebih lanjut oleh sejumlah kelompok sudah berlangsung, katanya.
"Jika khawatir, itu sangat masuk akal," kata Vethaak. “Partikel-partikel itu ada di sana dan diangkut ke seluruh tubuh.”
Dia mengatakan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa mikroplastik 10 kali lebih tinggi di kotoran bayi dibandingkan dengan orang dewasa dan bayi yang diberi botol plastik menelan jutaan partikel mikroplastik setiap hari.
“Kami juga tahu secara umum bahwa bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap paparan bahan kimia dan partikel,” katanya. “Itu sangat membuatku khawatir.”
Analisis tersebut mengadaptasi teknik eksisting untuk mendeteksi dan menganalisis partikel hingga ukuran 0.0007 mm. Beberapa sampel darah mengandung dua atau tiga jenis plastik.
Tim menggunakan jarum suntik baja dan tabung kaca untuk menghindari kontaminasi, dan menguji tingkat latar belakang mikroplastik menggunakan sampel kosong.
Vethaak mengakui bahwa jumlah dan jenis plastik sangat bervariasi antara sampel darah. Perbedaan tersebut mungkin mencerminkan paparan jangka pendek sebelum sampel darah diambil, seperti minum dari cangkir kopi berlapis plastik, atau memakai masker wajah plastik. Sehingga diperlukan studi lanjutan.
“Pertanyaan besarnya adalah apa yang terjadi dalam tubuh kita?” kata Vethaak. “Apakah partikel-partikel itu tertahan di dalam tubuh? Apakah mereka diangkut ke organ tertentu, seperti melewati penghalang darah-otak? Dan apakah kadar ini cukup tinggi untuk memicu penyakit? Kami sangat perlu pendanaan penelitian lebih lanjut untuk menjawabnya.”