Sejumlah Wilayah Provinsi Mulai Hasilkan Titik Panas
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Karhutla
Jumat, 08 April 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Musim kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 2022 sudah dimulai. Berdasarkan pantauan satelit dan ground checking yang dilakukan oleh Manggala Agni, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sejumlah provinsi di Indonesia sudah mulai menghasilkan titik panas dan asap.
Menurut hasil pantauan menggunakan satelit Terra/Aqua, sejak awal 2022 lalu hingga 7 April 2022, ada sebanyak 197 hotspot atau titik panas terpantau berada di 19 wilayah provinsi se-Indonesia. Data Sipongi KLHK menunjukkan, Sumatera Barat (Sumbar), Kalimantan Barat (Kalbar) dan Riau menjadi wilayah provinsi penghasil titik panas terbanyak sejauh ini.
Masih menurut data Sipongi, luas karhutla yang terjadi hingga 7 April 2022 mencapai angka 10.078 hektare. Wilayah provinsi dengan areal terbakar terluas yakni Lampung seluas 2.265 hektare, Sumbar 1.847 hektare dan Kalbar 1.738 hektare.
Data ini dihasilkan dari penghitungan berdasarkan analisis citra satelit landsat 8 OLI/TIRS yang dioverlay dengan data sebaran hotspot, serta laporan hasil ground check hotspot dan laporan pemadaman yang dilaksanakan Manggala Agni.
Karhutla yang terjadi dalam rentang waktu tersebut menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 2.363.196 ton. Emisi CO2 terbesar disumbang oleh Provinsi Sumbar sebesar 919.795 ton, Kalbar 607.632 ton dan Lampung 228.401 ton.
Tak ingin bencana karhutla terulang, Ketua Komisi IV DPR RI Sudin meminta jajaran KLHK untuk melakukan antisipasi terhadap terjadinya karhutla. Permintaan Sudin ini terkait dengan adanya prediksi akan terjadinya musim kemarau panjang oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Saya ingatkan. Sekarang sudah ada beberapa titik spot kebakaran. Ini jangan sampai nanti sudah kebakaran besar, sudah mau habis, (pemadam) baru datang. Berkali-kali dalam Rapat Kerja maupun RDP saya ingatkan kembali. Tolong setiap taman nasional disiapkan alat pemadam,” kata Sudin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI bersama jajaran Eselon I KLHK di Ruang Rapat Komisi IV DPR RI, di Gedung Nusantara, Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Terpisah, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Basar Manullang mengatakan, pihaknya terus mendorong pemerintah daerah, terutama di wilayah rawan kebakaran, untuk meningkatkan kewaspadaan serta mengedepankan upaya pencegahan.
"Peningkatan sistem deteksi dini dan monitoring hotspot melalui website www.sipongi.menlhk.go.id. Pemantauan titik api juga dilakukan dengan penggunaan CCTV kamera termal di beberapa titik wilayah rawan karhutla," ujar Basar, dikutip dari Antara, Rabu (6/4/2022).
Basar menyebut, patroli pencegahan kebakaran hutan dan lahan, baik patroli mandiri yang dilakukan Manggala Agni maupun patroli terpadu beranggotakan tim yang terdiri dari Manggala Agni bersama anggota Polri, TNI, tokoh masyarakat, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) terus digiatkan sepanjang tahun.
Terkait kebakaran hutan dan lahan yang sudah mulai terjadi, seperti di Riau dan Kalimantan Barat, dia mengatakan telah terpantau di masing-masing provinsi 22 titik panas dan 63 titik panas berdasarkan pantauan satelit Terra/Aqua sampai dengan 6 April 2022.
Upaya pemadaman telah dilakukan di area yang terbakar oleh Manggala Agni dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca dan waterbombing.
"Titik panas yang terpantau sudah dilakukan ground check oleh Manggala Agni. Sebagai langkah mitigasi dilakukan operasi TMC, waterbombing, patroli udara, patroli terpadu, dan patroli mandiri. Sampai dengan saat ini Gubernur Riau dan Kalbar telah menetapkan status Siaga Darurat Karhutla," katanya.
Pihaknya juga memastikan kewaspadaan terus ditingkatkan terkait kebakaran hutan dan lahan dengan saat ini hujan berkurang dan mulai kering di sebagian provinsi di Sumatera. Menurut prediksi, Mei-Juni 2022 provinsi lainnya diperkirakan akan mulai kering. Penurunan potensi hujan itu akan menyebabkan peningkatan kerawanan kebakaran hutan dan lahan.
"Sehingga perlu diperkuat kesiapsiagaan para pihak terkait untuk mengantisipasi hal ini. Peran serta masyarakat terutama di tingkat tapak sangat menentukan upaya-upaya pencegahan karhutla," ujarnya.
Sementara Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) berencana akan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hujan buatan di Riau untuk mencegah karhutla.
“Rencana dimulai tanggal 11 April 2022, tapi masih menunggu kesiapan dukungan pesawat Tentara Nasional Indonesia (TNI) angkatan udara,” kata Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BRIN, Budi Harsoyo saat dihubungi di Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Budi menuturkan, operasi TMC di Riau bertujuan untuk mengantisipasi bencana karhutla, dengan cara membasahi lahan gambut agar tidak mudah terbakar dan menekan potensi risiko bencana karhutla. Operasi TMC ditargetkan dapat menjaga tinggi muka air tanah gambut, agar tetap berada di batas atas ambang batas (treshold) kekeringan.
TMC ini rencananya akan berlangsung selama 15 hari, dengan dukungan anggaran dari KLHK. Untuk sementara ini, BRIN menyiapkan 20 ton bahan semai NaCl powder untuk rencana pelaksanaan 15 hari operasi TMC di Riau.