Warga Wae Sano Minta Bank Dunia Hentikan Pendanaan Geotermal
Penulis : Aryo Bhawono
Energi
Rabu, 11 Mei 2022
Editor : Kennial Laia
BETAHITA.ID - Warga Adat Wae Sano di NTT menyampaikan penolakan terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di wilayahnya dalam pertemuannya dengan Bank Dunia pada Senin lalu (9/5/2022). Mereka meminta lembaga keuangan internasional itu menghentikan pendanaan terhadap pembangunan PLTPB di wilayah adatnya.
Pertemuan antara Bank Dunia ini digelar setelah warga Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, NTT mengirimkan surat pada Februari 2020 lalu. Mereka menegaskan sikap menolak pembangunan geotermal di wilayah ada mereka.
Wae Sano sendiri terdiri dari tiga desa adat, yakni Dasak, Nunang dan Lempe. Mereka menganggap proyek geotermal ini mengancam keutuhan ruang hidup kami. Titik-titik pengeboran yang sudah ditetapkan berada di tengah-tengah ruang hidup, yakni pemukiman (golo lonto, mbaru kaeng, natas labar), kebun pencaharian (umat duat), sumber air (wae teku), pusat kehidupan adat (compang takung, mbaru gendang), kuburan leluhur (lepah boak) dan hutan (puar) dan danau (sano).
“Sebab itu, kami menolak semua titik pengeboran (well pad) yang sudah ditetapkan baik Kampung Lempe, Nunang maupun Dasak,” ucap perwakilan warga, Yosef Erwin Rahmat, melalui pers rilis, Selasa, 10 Mei 2022.
Bank Dunia sendiri selama ini patuh pada prinsip ‘Persetujuan Tanpa Paksaan berdasarkan Informasi yang Lengkap Sebelumnya’ (Free, Prior and Informed Consent/ FPIC). Sedangkan sejak awal warga Wae Sano tidak pernah memberi persetujuan atas proyek geotermal. Hal ini disampaikan dalam surat yang dikirim ke Bank Dunia pada Februari 2020 dan Juli 2021.
Namun selama ini pemerintah dan perusahaan berkali-kali memaksa, membujuk, dan merayu. Warga merasa mereka juga memanipulasi suara penolakan.
“Akhirnya sekali lagi kami Warga Wae Sano yang terdiri dari penduduk di kampung adat Dasak, Nunang dan Lempe menyatakan dengan tegas bahwa kami menolak pengeboran Geotermal di dalam ruang hidup kami dan meminta Bank Dunia menghentikan dukungan dana untuk proyek ini,” tegas Yosef.
Dikutip dari Floresa.co, empat delegasi Bank Dunia hadir dalam pertemuan itu, salah satunya adalah Satoshi. Mereka didampingi oleh Yando Zakaria, Staf Kantor Staf Presiden (KSP) dan John Situmorang, perwakilan PT Geodipa Energi, perusahan yang hendak mengerjakan proyek itu.
Satoshi dari Bank Dunia mengaku memahami keresahan warga. Namun pihaknya belum bisa memutuskan apakah tetap atau membatalkan pendanaan terhadap proyek tersebut. Permasalahan serupa, akunya, juga terjadi pada berbagai proyek yang dibiayai Bank Dunia
“Kami akan mendalami dan meneruskan keberatan bapak ibu sekalian ke atasan kami,” ujarnya.
Selain berdialog, Bank Dunia juga memantau titik- titik eksplorasi di wellpad B yang berlokasi di Dusun Nunang, dan di wellpad A di Dusun Lempe.