Studi: 9 Juta Orang Meninggal karena Polusi Setiap Tahun

Penulis : Tim Betahita

Lingkungan

Kamis, 19 Mei 2022

Editor :

BETAHITA.ID -  Kajian terbaru menunjukkan polusi membunuh 9 juta orang per tahun. Atau satu dari enam kematian.

Udara beracun serta air dan tanah yang terkontaminasi “merupakan ancaman eksistensial bagi kesehatan manusia dan kesehatan planet, dan membahayakan keberlanjutan masyarakat modern”, tinjauan tersebut menyimpulkan.

Jika dibandingkan, jumlah kematian akibat polusi jauh lebih kecil dari kematian lalu lintas jalan raya, HIV/Aids, malaria dan TB, atau dari penyalahgunaan narkoba dan alkohol. Para peneliti menghitung dampak ekonomi dari kematian akibat polusi sebesar $4.6 triliun, atau sekitar $9m per menit.

Dampak keseluruhan dari polusi belum membaik sejak tinjauan global pertama pada tahun 2017, saat 45 juta jiwa hilang karenanya. Pencegahan sebagian besar diabaikan dalam agenda pembangunan internasional, kata para peneliti, dengan kenaikan pendanaan minimal sejak 2015.

Ilustrasi sampah kantung plastik (Pixhere.com)

Kematian akibat udara beracun dan bahan kimia telah meningkat sebesar 7% sejak tinjauan sebelumnya dan 66% sejak tahun 2000. Hal ini didorong oleh peningkatan pembakaran bahan bakar fosil, peningkatan jumlah populasi, dan urbanisasi yang tidak direncanakan. Kenaikan ini diimbangi oleh perbaikan dalam "momok kuno" air yang tercemar oleh patogen dan sanitasi yang buruk dan asap dalam ruangan dari api memasak.

Para peneliti mengatakan polusi, krisis iklim, dan perusakan satwa liar dan alam “adalah masalah lingkungan global utama di zaman kita. Isu-isu ini terkait erat dan solusi untuk masing-masing akan menguntungkan yang lain. [Tapi] kita tidak bisa terus mengabaikan polusi. Kita justru melangkah mundur.”

The new review, published in the journal Lancet Planetary Health, analysed data from the 2019 Global Burden of Disease project, the most recent available, and found air pollution caused almost 75% of the 9 million pollution deaths.

Tinjauan baru tersebut diterbitkan dalam jurnal Lancet Planetary Health. Di dalamnya peneliti menganalisis data terbaru dari proyek Global Burden of Disease 2019. Mereka menemukan polusi udara menyebabkan hampir 75% dari 9 juta kematian akibat polusi.

Bahan kimia beracun mengakibatkan 1,8 juta kematian, termasuk 900.000 kematian akibat polusi timbal, lebih banyak daripada HIV/Aids. Keracunan timbal dapat secara signifikan mengurangi kecerdasan di seluruh populasi besar. Sumbernya termasuk pipa air, cat, daur ulang aki mobil di halaman belakang, serta bahan makanan seperti kunyit yang terkontaminasi.

Di sisi lain, ilmuwan menemukan jumlah kematian akibat polutan kimia yang tampaknya terlalu rendah. Pasalnya hanya sebagian kecil dari 350.000 bahan kimia sintetis yang digunakan telah diuji keamanannya secara memadai.

Lebih dari 90% kematian akibat polusi terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, seperti India dan Nigeria. Sementara negara-negara berpenghasilan tinggi, seperti Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa, telah mengendalikan bentuk-bentuk polusi terburuk, kata para peneliti. Hanya sedikit negara yang kurang makmur yang mampu menjadikan polusi sebagai prioritas.

Air yang tidak aman menyebabkan 1,4 juta kematian dini per tahun tetapi menurun karena perbaikan sanitasi dan perawatan kesehatan, khususnya di Afrika. Namun, PBB memperkirakan lebih dari 2 miliar orang masih belum memiliki akses air minum bersih.

Para peneliti menyerukan peningkatan pendanaan untuk pengendalian polusi dari pemerintah dan donor, pemantauan yang lebih baik dan badan ilmiah independen baru untuk menilai masalah, mencontoh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, yang laporan berpengaruhnya disetujui oleh semua pemerintah.