Berumur 5.484 Tahun, Pohon Ini Diduga Tertua di Dunia

Penulis : Tim Betahita

Lingkungan

Jumat, 27 Mei 2022

Editor :

BETAHITA.ID -  Para ilmuwan di Chili meyakini bahwa tumbuhan runjung dengan batang setebal empat meter yang dikenal sebagai “Great-Grandfather” kemungkinan besar sebagai pohon hidup tertua di dunia. Ini mengalahkan pemegang rekor saat ini selama lebih dari 600 tahun.

Studi baru yang dilakukan oleh Dr Jonathan Barichivich, seorang ilmuwan Chili di Climate and Environmental Sciences Laboratory, Paris, menunjukkan bahwa pohon tersebut, jenis cemara Patagonia, juga dikenal sebagai Alerce milenario, bisa berumur hingga 5.484 tahun.

Tumbuhan runjung asli Chili dan Argentina ini termasuk dalam keluarga yang sama dengan sequoia raksasa dan kayu merah. Dalam bahasa Spanyol dikenal sebagai alerce, cemara Patagonia, dan Fitzroya cupressoides.

Pohon ini tumbuh sangat lambat dan dapat mencapai ketinggian hingga 45 meter.

Pohon dengan nama Fitzroya cupressoides di taman nasional Alerce Costero, Chili. Tanaman ini diduga sebagai pohon tertua di dunia, dengan usia 5.484 tahun. Foto: Jonathan Barichivich via Reuters

Pada 2020, Barichivich mengambil sampel bor dari Alerce milenario, pohon yang dia kunjungi saat masih kecil. Namun alat yang dia gunakan tidak dapat mencapai inti tanaman tersebut. Dia kemudian menggunakan model computer untuk mempertimbangkan faktor lingkungan dan variasi acak untuk menentukan usianya.  

Karena dia belum melakukan penghitungan penuh dari lingkaran pertumbuhannya, Barichivich belum secara resmi mempublikasikan perkiraannya dalam jurnal, meskipun dia berharap untuk melakukannya dalam beberapa bulan mendatang.

Jika temuannya terbukti, Alerce milenario akan melampaui pinus bristlecone berusia 4.853 tahun di California yang dikenal sebagai Methuselah, dan sekarang dianggap sebagai pohon tertua, selama 600 tahun.

The Great-Grandfather menjulang di atas lembah yang sejuk dan lembab di taman nasional Alerce Costero. Celah-celahnya yang berbonggol-bonggol melindungi lumut, lumut kerak, dan tanaman lainnya.

Pengunjung masih dapat melingkari alasnya, yang menurut Barichivich menyebabkan kerusakan pada pohon, bersama dengan perubahan iklim yang mengeringkan daerah tersebut.