Lamun di Australia Ini Diyakini sebagai Tanaman Terbesar di Bumi
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Biodiversitas
Senin, 06 Juni 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Hasil penelitian para peneliti Australia berhasil menemukan lamun (seagrass) yang diyakini sebagai tanaman terbesar terbesar di Dunia, yang usianya diperkirakan setidaknya 4.500 tahun. Lamun purba itu diketahui membentang sepanjang 180 km itu ditemukan oleh para peneliti dari The University of Western Australia dan Flinders University.
Temuan tanaman tunggal atau 'klon' lamun Posidonia australis di perairan dangkal di Area Warisan Dunia Shark Bay di WA dirinci dalam studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society B.
Penulis senior, ahli biologi evolusi Dr. Elizabeth Sinclair dari UWA's School of Biological Sciences dan UWA Oceans Institute mengatakan, proyek penelitian dimulai ketika para peneliti ingin memahamai bagaimana keragaman genetik padang lamun di Shark Bay dan tanaman mana yang harus dikumpulkan untuk restorasi lamun.
"Kami sering ditanya berapa banyak tanaman berbeda yang tumbuh di padang lamun dan kali ini kami menggunakan alat genetik untuk menjawabnya," kata Dr. Sinclair.
Peneliti mahasiswa UWA Jane Edgeloe, yang merupakan penulis utama studi ini mengatakan, tim mengambil sampel pucuk lamun dari seluruh lingkungan variabel Shark Bay dan menghasilkan "sidik jari" menggunakan 18 ribu penanda genetik.
"Jawabannya mengejutkan kami--hanya satu. Itu saja, hanya satu tanaman yang telah berkembang lebih dari 180 km di Shark Bay, menjadikannya tanaman terbesar yang diketahui di Bumi. Lamun seluas 200 km persegi yang tampaknya telah berkembang dari satu bibi yang berkoloni."
Rekan penulis, ahli ekologi Flinders University, Dr. Martin Breed yang menjadi bagian dari kelompok penelitian ini mengatakan bahwa penelitian ini menyajikan teka-teki ekologi yang nyata.
"Tanaman tunggal ini sebenarnya mandul, tidak memiliki kelamin. Bagaimana ia bertahan dan berkembang begitu lama, benar-benar membingungkan. Tanaman yang tidak memiliki kelamin cenderung juga telah mengurangi keragaman genetik, yang biasanya mereka butuhkan saat berhadapan dengan perubahan lingkungan," kata Dr. Breedm dari College of Science adn Engernering di Flinders University.
Dr. Breed melanjutkan, lamun ini juga mengalami perubahan lingkungan yang adil. Bahkan saat ini, lamun tersebut mengalami kisaran suhu rata-rata yang besar, dari 17 hingga 30 derajat celcius. Salinitas dari air laut normal menjadi dua kali lipat. Dari kondisi gelap hingga kondisi cahaya tinggi yang ekstrim. Kondisi ini biasanya akan sangat menegangkan bagi tanaman. Namun kondisi itu tampaknya akan terus berlanjut.
"Bagaimana cara melakukannya? Kami rasa gennya sangat cocok dengan lingkungan lokalnya, tetapi bervariasi, dan juga memiliki perbedaan genetik yang halus di seluruh jajarannya yang membantunya menghadapi kondisi lokal," imbuh Dr. Breed.
Dr. Sinclair menatakan, apa yang membuat tanaman lamun ini unik dari klon lamun besar lainnya, selain ukurannya yang sangat besar lamun ini juga memiliki kromosom dua kali lebih banyak daripada kerabat lautnya. Artinya ia adalah poliploid.
Seluruh duplikasi genom melalui poliploidi--menggandakan jumlah kromosom--terjadi ketika tanaman 'induk' diploid berhibridisasi. Bibit baru berisi 100 persen genom dari setiap induk, daripada berbagi 50 persen seperti biasanya.
Dr. Sinclair mengatakan, tanaman poliploid sering berada di tempat dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seringkali steril, tetapi dapat terus tumbuh jika dibiarkan tidak terganggu dan lamun raksasa ini telah melakukan hal itu.
"Bahkan tanpa pembuangan dan produksi benih yang sukses, tanaman ini tampak sangat tangguh, mengalami berbagai suhu dan salinitas ditambah kondisi cahaya tinggi yang ekstrim, yang bersama-sama biasanya akan sangat membuat stres bagi sebagian besar tanaman," ujar Dr. Sinclair.
Para peneliti saat ini telah menyiapkan serangkaian percobaan di Shark Bay, untuk memahami bagaimana tanaman ini bertahan dan tumbuh subur di bawah kondisi variabel seperti itu.