Puncak CO2 Tahun 2022 Lebih Tinggi 50% dari Tingkat Pra-Industri

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Jumat, 10 Juni 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Tingkat emisi karbon dioksida (CO2) pada 2020 mencatat rekor. Menurut perhitungan terbaru dari National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA), angkanya jauh melewati level pra-industri yakni sebesar 50%.

Karbon dioksida yang diukur di Mauna Loa Atmospheric Baseline Observatory, Hawai, tersebut mencapai puncaknya pada 2020 di level 421 bagian per juta atau parts per million (ppm) Mei lalu. Tingginya angka ini tidak pernah terlihat selama jutaan tahun, kata para ilmuwan saat mengumumkan awal Juni lalu.

"Peningkatan karbon dioksida tanpa henti yang diukur di Mauna Loa adalah pengingat bahwa kita perlu mengambil langkah-langkah mendesak dan serius untuk menjadi negara yang lebih siap iklim," kata Administrator NOAA Rick Spinrad, Ph.D.

"Ilmu pengetahuan tidak terbantahkan: manusia mengubah iklim kita dengan cara yang harus disesuaikan dengan ekonomi dan infrastruktur kita," tambahnya.

Seorang perempuan muda melakukan aksi teatrikal dalam aksi damai mengenai krisis iklim dan peran perbankan mendanai industri batu bara di Jakarta, awal Maret 2022. Foto: Istimewa

Pengukuran NOAA tentang karbon dioksida (CO2) di observatorium puncak gunung di Big Island Hawai berada di level rata-rata 420,99 ppm, meningkat 1,8 ppm selama tahun 2021. Para ilmuwan di Scripps, yang mempertahankan rekor independen, menghitung rata-rata bulanan 420,78 ppm.

Polusi CO2 dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil untuk transportasi dan pembangkit listrik, manufaktur semen, penggundulan hutan, pertanian, dan aktivitas manusia lainnya.

Karbon dioksida bersama gas rumah kaca lainnya memerangkap panas yang memancar dari permukaan planet Bumi. Gas ini, jika tidak lolos ke luar angkasa, menyebabkan atmosfer terus menghangat. Ini berdampak pada serangkaian cuaca, termasuk panas ekstrem, kekeringan, kebakaran hutan, curah hujan yang lebih tinggi, banjir, dan badai tropis.

Sementara itu perubahan iklim akan memicu kenaikan suhu permukaan laut dan kenaikan permukaan laut. Penyerapan karbon di lautan juga meningkat, sehingga air laut lebih asam dan mempersulit beberapa organisme laut untuk bertahan hidup.

Sebelum Revolusi Industri, tingkat CO2 secara konsisten berada di level 280 ppm selama hampir 6.000 tahun peradaban manusia. Sejak itu, manusia telah menghasilkan sekitar 1,5 triliun ton polusi CO2, yang sebagian besar akan terus menghangatkan atmosfer selama ribuan tahun.