Apakah Perubahan Iklim akan Membuat Ukuran Manusia Menyusut
Penulis : Aryo Bhawono
Perubahan Iklim
Jumat, 10 Juni 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Krisis iklim dapat menyebabkan ukuran manusia menyusut. Mamalia, termasuk manusia, dengan kerangka yang lebih kecil tampak lebih mampu menghadapi kenaikan suhu global, kata seorang pakar fosil terkemuka.
Ahli Paleontologi di University of Edinburgh, Prof Steve Brusatte, memberikan pemikiran bahwa cara mamalia lain menanggapi periode perubahan iklim pada masa lalu dapat menawarkan wawasan tentang masa depan manusia.
Dia menyamakan potensi manusia seperti yang dialami kuda pada masa awal. Tubuh hewan ini menjadi lebih kecil karena suhu naik sekitar 55 juta tahun yang lalu, pada periode Paleosen Eosen Termal Maximum.
“Ada catatan fosil yang penting di seluruh peristiwa pemanasan global, ini benar-benar peristiwa pemanasan global besar terbaru dalam catatan geologis. Kedua plot itu menakutkan, betapa miripnya mereka," katanya seperti dikutip dari Guardian.
Dalam karyanya ‘The Rise and Reign of the Mammals’, Brusatte mencatat hewan di bagian dunia yang lebih hangat saat ini seringkali berukuran lebih kecil dibandingkan di daerah yang lebih dingin. Hal ini sesuai prinsip ekologi yang dikenal sebagai terori Bergmann.
“Alasannya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi mungkin, sebagian, karena hewan yang lebih kecil memiliki luas permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan yang lebih gemuk dan dengan demikian dapat melepaskan panas berlebih dengan lebih baik,” tulisnya.
Sebelum penerbitan buku tersebut, Brusatte mengatakan kepada Guardian bahwa menjadi lebih kecil adalah cara umum mamalia menghadapi perubahan iklim. Dia menambahkan tidak berarti setiap spesies mamalia akan menjadi lebih kecil, tetapi tampaknya itu adalah cara bertahan hidup umum mamalia ketika suhu melonjak cukup cepat.
“Timbulkan pertanyaan jika suhu melonjak sangat cepat, mungkinkah manusia kerdil atau mungkinkah manusia menjadi lebih kecil? Dan saya pikir itu pasti masuk akal.”
Brusatte berpendapat bahwa spesies manusia lain telah ditemukan menyusut ketika sumber daya langka. Hal ini ditunjukkan pada penemuan manusia hobbit, Homo floresiensis, yang pernah menghuni pulau Flores di Indonesia.
Dalam studi baru-baru ini, para peneliti yang mempelajari sisa-sisa manusia selama jutaan tahun terakhir juga menyarankan bahwa suhu adalah prediktor utama variasi ukuran tubuh.
Sementara para ilmuwan yang mempelajari rusa merah mengatakan bahwa musim dingin yang lebih hangat di Eropa utara dan Skandinavia dapat menyebabkan ukuran tubuh hewan ini menjadi lebih kecil.
Namun, tidak semua ahli sepakat bahwa kenaikan suhu menyebabkan ukuran mamalia menyusut. Prof Adrian Lister, dari Museum Sejarah Alam di London, mengatakan hubungan yang ditunjukkan oleh studi sisa-sisa manusia baru-baru ini lemah. Sementara korelasi kuat antara suhu dan ukuran tubuh mamalia mungkin seringkali berkaitan dengan ketersediaan makanan dan sumber daya.
Lister juga skeptis bahwa manusia akan menyusut saat iklim memanas. Manusia tidak benar-benar dikendalikan oleh seleksi alam.
“Jika itu akan terjadi, anda perlu menemukan orang-orang besar sekarat sebelum mereka dapat bereproduksi karena pemanasan iklim. Itu tidak terjadi di dunia sekarang ini. Kami memakai pakaian, kami punya pemanas, kami punya AC jika terlalu panas,” katanya.
Namun, Brusatte mengatakan bahwa sementara manusia adalah spesies yang menakjubkan, mamalia lain mungkin lebih baik tanpa manusia.
“Anda mungkin berkata, apakah mamalia lain lebih baik jika tidak ada manusia? Dan anda tahu, sejujurnya, mungkin, ya. Saya pikir jika anda adalah badak, gajah, singa, platipus, koala, anda mungkin ingin manusia musnah. Tapi mudah-mudahan itu tidak akan terjadi,” ucapnya.