Negara-Negara Afrika Gelar Pembicaraan Jelang COP 27
Penulis : Aryo Bhawono
Perubahan Iklim
Jumat, 29 Juli 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Negara-negara Afrika membuka pembicaraan iklim di ibu kota Mozambik Maputo pada hari Rabu untuk mengidentifikasi prioritas dan menentukan posisi bersama menjelang KTT Iklim PBB di Mesir pada bulan November yang dikenal sebagai COP 27.
Pembicaraan dilakukan saat benua tersebut bergulat dengan topan ganas di selatan dan kekeringan yang melanda di timur dan Tanduk Afrika. Afrika yang berpenduduk 1,2 miliar orang mewakili 17 persen populasi dunia.
Mereka hanya menyumbang kurang dari 4 persen emisi gas rumah kaca global tetapi sangat menderita akibat peristiwa cuaca ekstrem yang telah diperingatkan para ilmuwan. Cuaca ekstrem diprediksi akan terus terjadi seiring dengan perubahan iklim
"Afrika ... adalah hotspot kerentanan untuk perubahan iklim," kata Anna Tjärvar, seorang diplomat Swedia yang berbicara di forum tersebut, seperti dikutip dari AP.
Menurutnya beradaptasi dengan perubahan iklim harus menjadi prioritas bagi benua itu. Pejabat diharapkan untuk memutuskan apakah akan meminta negara berkembang untuk memperbaiki kerusakan lingkungan di Afrika, yang disebut di kalangan pegiat iklim sebagai kerugian.
PBB memperkirakan bahwa negara-negara Afrika telah menghabiskan antara 2 dan 9 persen dari pendapatan nasional mereka untuk bencana alam yang terkait dengan perubahan iklim.
Kepala iklim di Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika, Jean-Paul Adam menyebutkan forum tersebut akan fokus pada penggunaan pengetahuan pribumi dan praktik lahan untuk upaya konservasi dan adaptasi daripada mengandalkan bantuan eksternal.
James Murombedzi, kepala Pusat Kebijakan Iklim Afrika menambahkan pendapat penduduk asli akan memainkan peran penting dalam pembicaraan tersebut. Menurutnya pengalaman mereka akan membantu memperkuat posisi Afrika pada pembicaraan iklim internasional pada bulan November.
Pertemuan ini diselenggarakan bersama oleh PBB, Uni Afrika, Bank Pembangunan Afrika, dan organisasi masyarakat sipil Pan African Climate Justice Alliance. Pembicaraan tersebut melibatkan para pembuat kebijakan dan institusi regional serta aktivis akar rumput dan perwakilan dari sektor swasta.