Pencemaran Sungai Akibatkan ‘Hujan Busa’ di Surabaya

Penulis : Aryo Bhawono

Lingkungan

Kamis, 04 Agustus 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Pencemaran di Sungai Kalidami di Surabaya menyebabkan ‘hujan busa’ di kawasan sekitar sungai tersebut. Penelitian awal Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton) menyebabkan kadar fosfat di sungai tersebut terlalu tinggi dan melebihi baku mutu.

Hujan busa di sekitar pompa air Sungai Kalidami Surabaya itu disebabkan karena angin yang kencang sehingga menerbangkan tumpukan busa di permukaan air. Peneliti Ecoton, Alaika Rahmatullah, menyebutkan busa tersebut terbentuk karena kontaminasi fosfat yang tinggi.

“Hasil uji awal kualitas air Ecoton di Kalidami pada Rabu (3/8/2022), batu mutu fosfat mencapai 50 persen,” ucapnya ketika dihubungi.

Kadar fosfat ini jauh melebihi baku mutu air yang disebutkan dalam PP No. 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yakni untuk air kelas 2 adalah 0,2 Miligram/ Liter. Sedangkan kadar mineral dalam air mencapai 1.470 ppm padahal menurut baku mutu seharusnya 1.000 ppm. 

Pencemaran Sungai Kalidami di Surabaya Akibatkan ‘Hujan Busa’. Foto Ecoton

Dugaan awal penyebab tingginya kontaminasi ini disebabkan karena limbah domestik dan akumulasi industri. Fosfat banyak digunakan dalam detergen. 

“Indikasi karena domestik adalah hasil cucian aktivitas buangan deterjen yg mengandung phospat yang kurang ramah lingkungan,” kata dia.

Busa ini beterbangan hingga masuk ke rumah dan mengganggu masyarakat, terutama rumah makan karena memiliki bau menyengat. Selain itu jika terkena baju putih, busa tersebut menimbulkan noda kotor. Busa itu beterbangan hingga 10 meter, bahkan masuk ke perkampungan.

Temuan tingginya fosfat di sungai itu masih merupakan uji awal, Ecoton berharap pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan tindak lanjut dengan melakukan uji lanjutan. Pemerintah juga perlu melakukan tracing lanjutan untuk memastikan kontaminasi karena terdapat industri yang membuat limbahnya ke sungai yang sama.

“Tingginya kontaminasi ini juga menunjukkan bahwa Sungai Kalidami perlu pemulihan,” jelasnya. 

Ia menyarankan pemerintah harus membangun fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sehingga warga tidak membuang langsung limbah domestik ke sungai.