Laporan PBB: Pengurangan Emisi Karbon Dunia Tak Memadai

Penulis : Aryo Bhawono

Perubahan Iklim

Jumat, 28 Oktober 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan negara dunia, terutama negara kaya penghasil karbon, tertinggal jauh untuk mencapai tujuan membatasi pemanasan global di masa depan. 

Laporan Thursday’s Emissions Gap dari PBB menyebutkan lambannya negara di dunia mengatasi laju emisi karbon ini tak berarti menutup peluang untuk menjaga pemanasan global di masa depan

“Komitmen iklim global dan nasional sangat mengecewakan. Kita sedang menuju bencana global,” kata Sekjen PBB, Antonio Guterres, seperti dikutip dari AP pada Kamis (27/10/2022). 

Dunia menyapih dirinya sendiri dari bahan bakar fosil terlalu lambat, kata laporan dan para ahli.

Para ahli telah memperingatkan tentang dampak emisi gas rumah kaca buatan manusia/Foto: Getty Image.

Kepala Analisis Iklim, Bill Hare, menyebutkan laporan tersebut mengkonfirmasi langkah aksi iklim yang sangat glasial, meskipun ada jurang yang menjulang dari titik kritis iklim yang sedang didekati. Alih-alih membatasi pemanasan hingga 1,5 atau 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, negara dunia justru menunjukkan cara untuk mencapai pemanasan global hingga akan mencapai 2,8 derajat Celcius pada tahun 2100. 

Negara-negara berjanji akan menurunkannya menjadi 2,6 derajat dan ini sudah menghangat 1,1 derajat Celcius sejak zaman pra-industri.

“Kemungkinan besar kita akan melewati 1,5. Kami masih bisa melakukannya, tetapi itu berarti pengurangan emisi 45%” pada tahun 2030” kata Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, mengatakan kepada AP dalam sebuah wawancara. 

Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia, Petteri Taalas, mengatakan lembaganya telah menghitung bahwa ada kemungkinan 50 persen bahwa dunia kemungkinan akan mencapai angka 1,5 derajat Celcius untuk sementara dalam lima tahun ke depan. Angka ini akan bertahan pada dalam dekade berikutnya. 

“Ini benar-benar tentang memahami bahwa setiap digit kecil (sepersepuluh derajat pemanasan) yang kita kurangi adalah pandangan bencana yang lebih rendah,” kata Andersen.

“Kita meluncur dari krisis iklim ke bencana iklim,” kata Andersen dalam konferensi pers Kamis.

Kesenjangan emisi adalah perbedaan antara jumlah polusi karbon yang dikeluarkan sekarang dengan 2030 dan tingkat lebih rendah yang diperlukan untuk menjaga pemanasan hingga 1,5 atau 2 derajat.

Guterres mengatakan kesenjangan emisi adalah produk sampingan dari kesenjangan komitmen meliputi kesenjangan janji dan tindakan. 

Ilmuwan iklim Universitas Stanford Rob Jackson, pemimpin Independent Global Carbon Project yang melacak emisi karbon dioksida di seluruh dunia mengatakan satu dekade lagi emisi fosil pada tingkat ini akan membawa dunia melewati 1,5 derajat Celcius. 

“Kami gagal dengan mengedepankan keterlambatan. Energi terbarukan sedang booming dan lebih murah dari sebelumnya. Tetapi rencana stimulus COVID dan perang di Ukraina telah mengganggu pasar energi global dan menyebabkan beberapa negara (untuk) kembali ke batu bara dan bahan bakar lainnya. Ini tidak bisa berlanjut dalam iklim yang aman” kata Jackson melalui email. 

Dalam 10 hari ke depan, negosiasi iklim internasional tahunan akan dimulai di Sharm El Sheikh, Mesir, dan menjelang konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Beberapa laporan menyoroti berbagai aspek pertempuran dunia untuk menahan laju perubahan iklim. 

Pada Rabu (26/10/2022) sebuah badan PBB lain melihat target pengurangan emisi resmi negara-negara. Laporan Kesenjangan Emisi pada Kamis lalu melihat apa yang sebenarnya dilakukan negara-negara serta apa yang mereka janjikan untuk dilakukan di masa depan dalam berbagai janji.

Negara-negara G20, yang bertanggung jawab atas 75 persen dari polusi yang memerangkap panas.