4 Tahun Terakhir 4.478 Ekor Kakatua Diperdagangkan di Facebook

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Selasa, 15 November 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Tak hanya terpampang di etalase pasar atau diselundupkan di dalam kapal. Burung kakatua dan paruh bengkok lainnya juga kerap mejeng di akun-akun pencari pundi uang di media sosial Facebook. Sejak 4 tahun terakhir, setidaknya ada 4.478 ekor kakatua diperdagangkan di Facebook.

Data perdagangan tersebut dikoleksi oleh Garda Animalia sejak 2018 hingga Oktober 2022. Dalam rentang waktu tersebut, Garda Animalia mendapati perdagangan kakatua di 260 grup Facebook.

Jumlah anggota Famili Cacatuidae yang diperdagangkan ini totalnya sekitar 4.478 ekor kakatua, dilakukan oleh 2.372 penjual. Ribuan ekor kakatua itu dipampang di 6.459 iklan. Menurut data, dari tahun ke tahun tren perdagangan kakatua ini terus meningkat, tertinggi terjadi pada 2022 sebanyak 2.115 ekor.

Kakatua yang diperdagangkan ini terdiri dari 9 jenis. 5 jenis kakatua yang paling banyak dijual adalah kakatua jambul kuning sebanyak 2.754 ekor, kakatua tanimbar 490 ekor, kakatua maluku 475 ekor, kakatua koko 256 ekor dan kakatua raja 182 ekor.

kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea parvula) (Wikipedia)

Selain Famili Cacatuidae, Garda Animalia juga mengoleksi data perdagangan Famili Psittacidae. Jumlah burung paruh bengkok yang dijual di Facebook justru lebih banyak.

Sejak 2021 hingga Oktober 2022, tercatat sebanyak 11.998 ekor dijual (pada 2021 5.023 ekor dan 2022 6.975 ekor) di 83 grup Facebook, dipampang pada 12.613 iklan.

Garda Animalia mencatat ada 3.232 penjual yang memperdagangkan burung paruh bengkok ini. Belasan ribu ekor burung paruh bengkok yang diperdagangkan ini terdiri dari 46 jenis. 6 jenis terbanyak yang dijual adalah, kasturi kepala hitam sebanyak 3.118 ekor, nuri bayan 1.353 ekor, perkici pelangi 886 ekor, nuri maluku 863 ekor, betet biasa 839 ekor dan serindit melayu 750 ekor.

Ketua Garda Animalia, Niko Lash menuturkan, perdagangan online, seperti di forum jual beli di grup Facebook, beberapa tahun terakhir memang menjadi tren dibanding di pasar konvensional. Pihaknya melihat ada beberapa faktor yang memengaruhi, di antaranya adalah faktor efisiensi dan efektifitas.

"Penjual dan calon pembeli sangat mudah berinteraksi untuk tawar menawar, merasa lebih aman dari sisi kemungkinan ditangkap, sebab mereka tidak saling bertemu, dan hal ini diperkuat banyaknya pihak ketiga yang menjembatani transaksi seperti jasa rekening bersama dan ekspedisi barang," terang Niko, Jumat (11/11/2022).

Menurut Niko, iklan perdagangan teramati semakin meningkat. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh tren pemeliharaan atau pamer koleksi di media sosial yang memunculkan daya daya tarik bagi penjual, sebab adanya permintaan pasar. Ditambah minimnya tindakan tegas yang diberikan oleh aparat penegak hukum.

Niko mengungkapkan, perdagangan di Facebook didominasi oleh pengguna yang berdomisili di pulau Jawa, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Pada 2022 lonjakannya sangat drastis. Berbagai moda transportasi digunakan dalam penyelundupan, seperti KRI dan Kapal Pelni. Di tahun ini pengetatan lalu lintas juga menjadi longgar ketika status pandemi dicabut.

"Untuk mengatasi hal itu, upaya pencegahan di wilayah hulu perlu ditingkatkan, patroli di pelabuhan, dan tindakan tegas patut diberikan terhadap para pelaku, termasuk kepada oknum aparat yang terlibat guna menimbulkan efek jera," terang Niko.