Smelter Nikel PT GNI di Morowali Utara Terbakar
Penulis : Aryo Bhawono
Tambang
Sabtu, 24 Desember 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Smelter nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Morowali Utara dikabarkan terbakar. Dikabarkan dua karyawati meninggal karena kebakaran ini.
Dikutip dari situs berita Kompas TV, kebakaran diduga akibat ledakan tungku di smelter dua milik PT GNI di Desa Bungintimbe, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara.
pada pukul 03.00 Kamis (22/12/2022). Dua karyawati operator alat berat meninggal akibat insiden ini.
Wakil Ketua DPRD Sulawesi Tenggara dari Fraksi PKB, Muhammad Safri, meminta Disnaker Provinsi Sulawesi Tengah untuk melakukan investigasi terhadap peristiwa kecelakaan kerja tersebut. Ia mengungkapkan saat DPRD mendatangi PT GNI, pihaknya menemukan aktivitas kerja karyawan di area pabrik tidak dilengkapi Alat Pelindung Diri Kesehatan dan Keselamatan Kerja (APD K3)
“Jadi memang saya lihat kemarin, keselamatan karyawan kurang diperhatikan disini. Untuk APD K3 yang seharusnya disiapkan oleh perusahaan itu malah karyawan yang harus beli. Tolong Disnakertrans provinsi untuk segera turun melakukan investigasi mengingat banyak masalah-masalah ketenagakerjaan yang terjadi di PT GNI,” beber Safri.
Ia pun pihak aparat penegak hukum turut melakukan pengusutan di perusahaan itu. Menurutnya tidak tertutup kemungkinan polisi menemukan pelanggaran aturan keselamatan kerja. Informasi yang diterimanya, kecelakaan yang terus berulang terjadi dan tingkat kecelakaan di PT.GNI Sangat tinggi
“Saya kira Aparat Penegak hukum harus turun tangan mengusut kasus kecelakaan kerja di PT GNI. Jika polisi jeli, bisa saja mereka menemukan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan. Saya kembali ingatkan Pemprov dan Aparat Penegak hukum bahwa ini adalah bom waktu tidak boleh dianggap sepele. Jika tidak ditangani secepatnya maka tidak tertutup kemungkinan akan ada korban-korban jiwa lainnya,” pungkasnya
Ia pun meyakini Gubernur Sulawesi Tenggara sudah mendengar kabar insiden ini. Safri menekankan gubernur tidak boleh menutup mata. Ini masalah serius, kata dia, pemprov harus bertindak tegas dalam menyikapinya, nyawa manusia sudah melayang dimana mereka selama ini.
Sementara itu, pihak PT GNI belum berhasil dikonfirmasi media ini. Akses media ke perusahaan asal China tersebut memang kurang lancar. PT GNI masih enggan membuka diri dengan publikasi media, apalagi sifatnya mengkritik atau menyoroti kebijakan dan aktivitas perusahaan.
Terpisah, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Tengah mengaku telah mendengar kabar tersebut. Mereka menyebutkan selama ini banyak keteledoran yang dilakukan oleh PT GNI terhadap daerah sekitar.
Terpisah Dewan Daerah Walhi Sulteng yang juga Direktur Eksekutif Yayasan Tanah Merdeka, Richard Labiro, menyebutkan aktivitas pertambangan milik PT Stardust Estate Investment (SEI) yang memasok bijih nikel ke PT GNI mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Dusun 5 Desa Bunta disinyalir telah diselimuti gas So2 atau sulfur dioksida yang merupakan gas beracun hasil pembakaran batu bara dari pembangkit listrik milik perusahaan. Warga di lokasi itu menyebut kabut tebal selalu menyelimuti Dusun 5 di waktu pagi hari. Kabut tebal itu muncul setelah adanya aktivitas pertambangan.
Hanya saja, Walhi belum melakukan uji laboratorium terkait kandungan dari kabut yang dimaksud. Untuk membuktikan apakah didalamnya mengandung So2.
“Kami menduga kabut itu adalah So2, hanya saja kami belum melakukan uji laboratorium, memang kami belum menemukan adanya masyarakat yang mengalami ISPA dan sebagainya, tetapi ada kelompok rentan yang terancam disana, Lansia dan anak-anak,” jelasnya.
Tidak hanya ancaman gas beracun, pada Januari 2022 PT GNI yang memiliki luasan konsesi sekitar 712,80 hektar itu juga melakukan penimbunan sungai Lapi yang airnya digunakan sebagai pendingin smelter.
Imbasnya ke masyarakat, apabila musim penghujan tiba kawasan Dusun 5 Desa Bunta yang dihuni oleh sekitar 20 KK tergenang air akibat luapan sungai Lapi. “Itu yang terjadi disana,” bebernya.
Upaya penanganan dari perusahaan pun untuk menangani genangan air seperti ‘gali lubang tutup lubang’. Solusi yang dilakukan perusahaan hanya menimbulkan masalah lain. Dimana perusahaan mengambil hasil galian di dalam kawasan kemudian menimbun jalanan yang tergenang.
“Airnya yang ditimbun itu justeru membuat rumah warga makin tergenang. Ditambah sampah berserakan dimana-mana,” ungkapnya.
Tidak hanya kawasan permukiman, sawah petani di Dusun 5 juga ikut tergenang jika terjadi banjir, praktis para petani kesulitan berkebun.