Aceh Kehilangan 71 Ribu Hektare Hutan Alam Rentang 2017-2021
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Hutan
Senin, 02 Januari 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Seluas sekitar 71.552 hektare hutan alam di Provinsi Aceh hilang dalam rentang waktu 2017 hingga 2021. Kehilangan tutupan hutan alam ini dapat menimbulkan potensi bencana alam dan mempercepat perubahan iklim.
Menurut Staf Komunikasi Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), Irham Hudaya Yunardi, deforestasi di Aceh terjadi di sejumlah kabupaten/kota. Lima kabupaten dengan deforestasi tertinggi yakni, Aceh Tengah, Aceh Timur, Aceh Utara, Gayo Lues dan Aceh Selatan.
"Kelimpahan tutupan hutan paling banyak terjadi di hulu sehingga menimbulkan dampak bencana ke hilir," kata Irham, Sabtu (31/12/2022), dikutip dari Merdeka.com.
Irham melanjutkan, kerusakan hutan seperti yang terjadi di Gayo Lues telah memicu banjir di daerah bagian hilir, termasuk Aceh Tamiang dan Aceh Timur.
Dikatakannya, kerusakan hutan Aceh belum dapat dibendung. Bahkan pada 2022 deforestasi masih terjadi. Kabupaten Aceh Selatan menjadi penyumbang deforestasi terbesar seluas 1.704 hektare.
Terpisah, Koordinator Perubahan Iklim Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, Rikky Mulyawan mengungkapkan, pada periode 1990 hingga 1996 deforestasi belum terjadi di Aceh. Ia mengira hal itu lantaran konflik bersenjata sedang terjadi, sehingga aktivitas di kawasan hutan terbatas.
Deforestasi atau pembabatan hutan alam di Aceh kian marak terjadi sejak 1996 hingga 2000, dengan luasan mencapai sekitar 86 ribu hektare.
"Setelah periode tersebut, luas deforestasi tahunan cenderung menurun dan meningkat kembali pada periode 2006 hingga 2013 pascaperistiwa gempa bumi dan tsunami Aceh, sejalan dengan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi," kata Rikky.
Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim Universitas Syiah Kuala, Suraiya Kamaruzzaman berpendapat, deforestasi menjadi persoalan serius dalam konteks perubahan iklim. Perubahan iklim dapat ditandai dengan kenaikan suhu Bumi. Dampaknya dapat memicu banjir, kekeringan, hingga kualitas panen yang menurun.
Di Aceh Besar, lanjut Suraiya, sejak 1992-2020 terjadi kenaikan suhu, tetapi dalam angka yang relatif kecil. Meski begitu, dampak yang dirasakan cukup besar. Kekeringan ekstrem di kawasan Mata Ie dinilai bagian dampak perubahan iklim. Dampak lain terjadi ancaman terhadap aktivitas pertanian sawah.
"Perubahan iklim dapat menurunkan kualitas panen karena kesuburan tanah menurun. Pada saat yang sama pengetahuan petani terhadap perubahan iklim minim," terang Suraiya.