Publikasi Laporan Iklim PBB Tersendat
Penulis : Aryo Bhawono
Perubahan Iklim
Selasa, 21 Maret 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Publikasi laporan utama PBB mengenai perubahan iklim tertunda karena pertentangan soal target emisi dan bantuan keuangan antara negara-negara kaya dan berkembang. Laporan yang ditulis oleh ratusan ilmuwan dunia ini seharusnya disetujui delegasi pemerintah pada akhir pertemuan selama seminggu di kota Interlaken, Swiss, pada Jumat lalu (17/3/2023).
Dikutip dari AP, Tawar menawar delegasi negara-negara besar seperti Cina, Brasil, Arab Saudi, serta Amerika Serikat dan Uni Eropa menyebabkan tenggat waktu kesepakatan berulang kali diperpanjang. Mereka mempersoalkan kata-kata kunci dalam teks tersebut.
Laporan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (Intergovernmental Panel on Climate Change/ IPCC) ini dimaksudkan untuk menutup serangkaian penelitian tentang pemanasan global yang dikumpulkan sejak kesepakatan iklim Paris disepakati pada tahun 2015.
Ringkasan laporan telah disetujui pada hari Minggu pagi (20/3/2023), tetapi tiga sumber yang dekat dengan pembicaraan tersebut mengatakan kepada AP ada risiko bahwa persetujuan atas teks utama mungkin perlu ditunda hingga pertemuan berikutnya.
Penandatanganan laporan ilmiah ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pemerintah menerima temuan-temuannya sebagai saran otoritatif yang menjadi dasar tindakan mereka.
Pada awal pertemuan, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, meminta para delegasi menyampaikan fakta keras yang menguatkan bahwa tersisa sedikit waktu untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Ia meyakini batas target 1,5 derajat masih mungkin dicapai dengan pengurangan emisi di semua sektor ekonomi global.
Para pengamat beranggapan pertemuan IPCC semakin dipolitisasi seiring dengan meningkatnya pertaruhan untuk menahan pemanasan global. Isu-isu pelik dalam pertemuan kali ini adalah mendefinisikan negara yang termasuk dalam kelompok rentan. Negara ini berhak mendapatkan dana kerugian dan kerusakan yang telah disepakati dalam perundingan iklim PBB terakhir di Mesir.
Para delegasi juga memperdebatkan besaran angka emisi gas rumah kaca yang harus dikurangi dalam beberapa tahun ke depan dan upaya penghilangan karbon buatan maupun alami.
Amerika Serikat, selaku negara yang telah melepaskan jumlah karbon dioksida terbesar ke atmosfer sejak industrialisasi, telah menolak keras gagasan tanggung jawab historis atas perubahan iklim.