Ini Tujuh Burung Endemis Ranca Upas Kawasan Gunung Patuha

Penulis : Gilang Helindro

Konservasi

Senin, 03 April 2023

Editor : Raden Ariyo Wicaksono

BETAHITA.ID - Kukuh Akhfadaturrahman Tohari, Communication Officer Burung Indonesia mengatakan ada tujuh burung endemis yang dapat ditemukan di sekitar Ranca Upas, Kawasan Gunung Patuha di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Menurut Kukuh, Ranca Upas yang ada di Hutan Tambakruyung menjadi salah satu yang menjadi primadona. "Selain memiliki bentang alam yang memukau, Ranca Upas juga memiliki keanekaragaman burung-burung yang kaya," katanya.

Burung yang bisa ditemui, seperti: Pertama, Luntur jawa (Apalharpactes reinwardtii), Burung warna-warni ini memiliki ukuran tubuh yang relatif besar (34 cm). Luntur jawa merupakan spesies endemis Pulau Jawa yang memiliki persebaran yang sangat terbatas di bagian barat Pulau Jawa. Populasi global diperkirakan tidak lebih dari beberapa ratus pasang dewasa.

Elang jawa (Nisaetus bartelsi). Jambul panjang dengan ujung berwarna putih di atas kepalanya menjadi ciri khas dari elang jawa. Elang jawa merupakan spesies burung elang berukuran sedang (60 cm). Burung ini memiliki persebaran terbatas di Pulau Jawa, sehingga menjadi salah satu spesies endemis pulau ini.

Kedua, Sepah gunung (Pericrocotus miniatus), Selain suaranya yang merdu, burung sepah gunung juga memiliki bulu yang sangat mencolok dengan warna merah dan hitam kebiruan. Tubuhnya yang langsing ini memiliki ukuran sekitar 19 cm. Sepah gunung memiliki penyebaran global meliputi Pulau Sumatra dan Jawa, namun terbatas menghuni hutan pegunungan dari ketinggian 1200—2700 mdpl.

Sepah Gunung, selain suaranya yang merdu, burung sepah gunung juga memiliki bulu yang sangat mencolok

Ketiga, Puyuh-gonggong jawa (Arborophila javanica), Puyuh-gonggong jawa cukup mudah dibedakan dengan burung puyuh lainnya, ia memiliki tubuh yang berukuran relatif besar (28 cm). Keberadaannya di Hutan Tambakruyung cukup umum dan relatif sering terdengar suaranya dari jarak yang jauh sekalipun. Meski begitu, tren populasi burung ini diperkirakan terus menurun disebabkan oleh kehilangan habitat utamanya di elevasi yang lebih rendah (IUCN, 2021).

Keempat, Kacamata pleci (Zosterops melanurus), burung dengan ciri khas berupa pola lingkaran yang menyerupai kacamata memiliki tubuh yang relatif kecil, yaitu sekitar 9.6—11 cm. Penyebaran utama kacamata pleci yaitu di Pulau Jawa dan Bali dan menghuni habitat hutan primer maupun sekunder hingga habitat bakau, taman, area budidaya, dan taman-taman kota.

Kelima, Celepuk jawa (Otus angelinae). Celepuk jawa termasuk burung hantu yang relatif kecil (16-18 cm) dengan warna tubuh dominan coklat kemerahan. Ciri khas utama terdapat pada alis putih yang memanjang hingga kuncung telinga. memiliki penyebaran terbatas di Pulau Jawa dan mendiami habitat hutan pegunungan primer dari ketinggian 1500—2000 mdpl.

Keenam, Elang jawa (Nisaetus bartelsi). Jambul panjang dengan ujung berwarna putih di atas kepalanya menjadi ciri khas dari elang jawa. Elang jawa merupakan spesies burung elang berukuran sedang (60 cm). Burung ini memiliki persebaran terbatas di Pulau Jawa, sehingga menjadi salah satu spesies endemis pulau ini.

Elang jawa (Nisaetus bartelsi). Jambul panjang dengan ujung berwarna putih di atas kepalanya menjadi

Ketujuh, Sempur-hujan jawa (Eurylaimus javanicus). Burung ini menjadi satu-satunya burung sempur yang dapat ditemukan di Pulau Jawa. Memiliki suara yang unik diawali dengan ‘whirr’ dan selalu segera diikuti oleh nada getar seperti suara serangga. Keberadaannya di Hutan Tambakruyung relatif tidak umum dan lebih sering terdengar dari pada terlihat.