BRIN: Variasi Genetik Pengaruhi Kemampuan Adaptasi Tumbuhan
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Biodiversitas
Kamis, 06 April 2023
Editor : Redaksi Betahita
BETAHITA.ID - Ridesti Rindyastuti, peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan (PR KTKRK) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang tergabung dalam kelompok riset Konservasi Tumbuhan untuk Konservasi Tanah dan Air, menyatakan, variasi genetik memengaruhi kemampuan adaptasi spesies tumbuhan dari perubahan lingkungannya.
"Semakin tinggi variasi genetik, semakin tinggi kemungkinan keberadaan gen-gen yang dapat membantu tumbuhan beradaptasi terhadap perubahan faktor lingkungan," ujar Desti, dalam bincang-bincang online Garden Talk seri 3 dengan tema Genetika Pada Level DNA dan Berbagai Aplikasinya, yang digelar Kamis (30/3/2023) kemarin.
Desti bilang, variasi genetik yang tinggi juga dapat membantu tumbuhan bertahan dari serangan hama penyakit. Ia mencontohkan, hasil studi populasi dan variasi genetik spesies tumbuhan langka penghasil gaharu dari Kabupaten Manggarai, Pulau Flores yaitu Gyrinops versteegii (Gilg.) Domke menunjukkan nilai h (heterozigositas) sebesar 0,218. Penelitian serupa untuk anggrek endemik Vanda foetida J.J.Sm dari Sumatra Selatan (Dempo dan Padiampe) menunjukkan nilai h berkisar antara 0,19-0,17.
Nilai h beberapa spesies langka dan endemik ini, kata Desti, mendekati 0,1 yang merupakan indikator suatu spesies dikatakan genting, dan memerlukan upaya konservasi serta peningkatan variasi genetiknya.
"Variasi genetik dapat ditingkatkan melalui reproduksi secara generatif (sexual), menghindari inbreeding, dan meningkatkan aliran gen (gene flow) melalui transfer pollen dan penyebaran biji," terang Desti.
Dalam dialog itu, Anjar Tri Wibowo dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Surabaya, memperkenalkan metode baru yaitu analisis mikrobioma dan analisis environmenltal DNA yang memungkinkan kita dapat mengetahui spesies tumbuhan apa saja yang hidup di area yang kita teliti melalui analisis sampel tanah, air dan polen yang terbang di udara.
"Tidak hanya jenis tumbuhannya, namun juga tingkat kelimpahannya, sehingga lebih cepat dan ekonomis," kata Anjar.
Anjar mengambil contoh salah satu penelitian identifikasi tumbuhan di suatu area melalui metode ini dapat mengidentifikasi sebanyak 142 spesies, sedangkan melalui survey lapangan secara manual hanya memperoleh data 56 spesies.