Deforestasi Hutan Hujan Tropis Meningkat Pada 2022
Penulis : Kennial Laia
Hutan
Senin, 03 Juli 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Kawasan tropis kehilangan hutan hujan tropis 10% lebih banyak pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Negara seperti Brasil dan Republik Demokratik Kongo (DRC) pun terus mengalami peningkatan deforestasi, menurut sebuah laporan terbaru.
Menurut data tersebut, yang dirilis oleh platform Global Forest Watch (GFW) dan dianalisis oleh World Resources Institute (WRI) dan University of Maryland, kawasan tropis ini kehilangan 4,1 juta hektare hutan primer pada 2022. Angka ini naik dari 3,75 juta hektare pada tahun 2021.
Area hutan yang hilang seukuran Swiss dan tingkat kehilangan tutupan pohon setara dengan hilangnya 11 lapangan sepak bola per menit.
Lokasi deforestasi mulai dari Amazon Bolivia hingga Ghana. Pemicunya adalah peternakan, pertanian, dan pertambangan. Komunitas masyarakat adat pun dipaksa keluar dari tanah mereka oleh industri ekstraktif di beberapa negara.
Penulis laporan itu memperingkatkan bahwa manusia tengah menghancurkan salah satu alternatif efektif untuk memitigasi pemanasan global dan menghentikan kehilangan biodiversitas.
Perubahan penggunaan lahan merupakan sumber emisi gas rumah kaca terbesar kedua setelah pembakaran bahan bakar fosil dan merupakan penyebab utama hilangnya keanekaragaman hayati.
Menurut para ilmuwan tersebut, membatasi tingkat pemanasan global hingga 1,5C di atas tingkat praindustri tidak mungkin dilakukan tanpa menghentikan penghancuran hutan hujan.
Pada COP26 2021, lebih dari 100 pemimpin dunia, termasuk Joe Biden, Xi Jinping, dan Jair Bolsonaro, menandatangani kesepakatan untuk menghentikan dan membalikkan deforestasi pada 2030. Komitmen tersebut mencakup lebih dari 90% hutan dunia. Data terbaru ini menunjukkan bahwa para pemimpin telah gagal memenuhi komitmen tersebut.
Brasil, DRC, dan Bolivia mengalami kehilangan hutan primer tropis tertinggi pada tahun 2022. Laporan tersebut menyebut Indonesia dan Malaysia berhasil mempertahankan tingkat kehilangan mendekati rekor terendah. Ini setelah tindakan perusahaan dan pemerintah yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Bolivia adalah salah satu dari sedikit negara berhutan besar yang tidak menandatangani komitmen Cop26 untuk menghentikan kerugian.
Ghana, produsen utama kakao untuk cokelat, mengalami peningkatan relatif terbesar dalam kehilangan hutan di negara mana pun dalam beberapa tahun terakhir, meskipun angka absolutnya kecil.
Selain daerah tropis, hilangnya hutan boreal Rusia melambat setelah tahun rekor kehancuran pada 2021, tetapi para peneliti mengatakan ini bukan indikasi tren positif.
Menanggapi angka baru ini, Kepala Lingkungan PBB Inger Andersen menyerukan harga karbon hutan yang lebih tinggi untuk menghilangkan insentif ekonomi jangka pendek untuk membuka hutan hujan.
Melalui pasar karbon, negara-negara dengan hutan yang sangat penting bagi iklim – seperti Gabon, Brasil, dan Peru – dapat menerima pembayaran agar mereka tetap bertahan, meskipun ada keraguan tentang keberhasilan konservasi dan kemampuan mereka untuk mencapai ukuran yang dibutuhkan. Pada bulan April, sebuah laporan menghitung diperlukan setidaknya $130 miliar per tahun untuk melindungi area yang paling berisiko.
“Hutan sangat penting untuk kesejahteraan kita dan kesejahteraan planet Bumi. Mengakhiri deforestasi dan menghentikan kehilangan tutupan hutan adalah langkah penting untuk mempercepat aksi iklim, membangun ketahanan dan mengurangi kerugian dan kerusakan,” kata Andersen dalam rilis resmi, Selasa, 27 Juni 2023.
“Kita perlu menetapkan harga yang lebih tinggi untuk karbon hutan, yang mencerminkan nilai sebenarnya dari hutan, yang mencerminkan biaya sebenarnya dari emisi dan itu cukup untuk memberi insentif kepada penjual untuk melindungi hutan yang masih ada,” tambah Andersen.
“Perlindungan hutan dan restorasi hutan lebih dari sekedar harga karbon. Ini tentang melindungi keanekaragaman hayati; melindungi mata pencaharian masyarakat adat dan masyarakat lokal, dan mempertahankan siklus hidrologi untuk menstabilkan pola cuaca dan melindungi diri dari tanah longsor, erosi tanah dan banjir. Kita tidak bisa kehilangan lebih banyak tutupan hutan,” tambahnya.
Angka tahun 2022 mencakup tahun terakhir kepresidenan Jair Bolsonaro di Brasil, di mana sebagian besar wilayah Amazon ditebangi. Luiz Inácio Lula da Silva, penggantinya, telah berjanji untuk mengakhiri penggundulan hutan dan mengadakan KTT pan-Amazon akhir tahun ini untuk membahas masalah tersebut.
Di sisi lain, Brasil, Indonesia, dan DRC, yang merupakan rumah bagi sekitar setengah dari hutan hujan dunia yang tersisa, meningkatkan kerja sama dalam pembicaraan lingkungan PBB untuk meminta dana guna melindungi hutan dalam koalisi yang disebut “OPEC hutan hujan”.
Laporan tersebut mencatat, angka baru ini menggambarkan hilangnya tutupan pohon, yang belum tentu merupakan deforestasi. Deforestasi selalu dilakukan oleh manusia sementara tutupan pohon dapat hilang melalui kebakaran hutan dan peristiwa lainnya. Angka tersebut tidak termasuk pertumbuhan kembali atau regenerasi hutan.