Dampak El Nino Dimulai, Puncak di Indonesia Agustus-September
Penulis : Kennial Laia
Perubahan Iklim
Jumat, 21 Juli 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Dampak El Nino telah mulai terlihat. Berbagai wilayah di dunia mengalami kenaikan suhu, kebakaran hutan dan lahan, cuaca ekstrem, hingga banjir bandang yang merenggut nyawa. Di saat bersamaan, dunia tengah memasuki krisis iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, diperburuk oleh fenomena alam ini.
Tahun 2023 tampaknya akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat secara global. Data awal suhu rata-rata global bulan lalu menetapkan rekor baru pada bulan Juni. Namun Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan bahwa rekor panas baru akan jatuh pada musim panas ini. Badan PBB tersebut menyatakan bahwa suhu permukaan laut yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tingkat laut es Arktik yang rendah sebagian besar penyebabnya.
Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dari pembakaran batu bara, minyak, dan gas alam membuat bumi semakin panas dan diperburuk oleh fenomena alami El Nino yang baru mulai berjalan beberapa bulan. Berlawanan dengan La Nina, El Niño merupakan pola iklim alami yang biasanya dikaitkan dengan peningkatan panas di seluruh dunia, serta kekeringan di beberapa bagian dunia dan hujan lebat di tempat lain.
El Nino memperburuk dampak krisis iklim yang terjadi di seluruh dunia. Saat ini Eropa, Amerika Serikat, hingga Asia, sedang mengalami gelombang panas yang mengancam dan kekeringan. Suhu di atas 40C diperkirakan akan bertahan tidak hanya di Mediterania, tetapi juga di seluruh Amerika Utara, Asia, dan Afrika Utara.
Asia
China mencatat rekor suhu 52,2C pada Minggu, 16 Juli 2023. Surat kabar lokal melaporkan panas ekstrem ini terjadi di kota terpencil Sanbao, di barat laut Kota Turpan, Xinjiang. Sebelumnya suhu tertinggi di negara tersebut terjadi pada 2015, di Ayding, Turpan.
Hujan lebat terjadi pada pekan pertama Juli di kota Chongqing, barat daya China, yang menewaskan 15 orang dan empat orang dilaporkan hilang. Ribuan warga Chongqing juga terpaksa mengungsi dari rumah mereka, mencapai 85.000 orang.
Di Korea Selatan, hujan lebat mengguyur wilayah tengah dan selatan sejak pekan lalu. Empat belas kematian terjadi di underpass di kota Cheongju, di mana lebih dari selusin kendaraan terendam pada hari Sabtu ketika tanggul sungai runtuh. Di provinsi tenggara Gyeongsang Utara, 22 orang tewas. Mayoritas dari kematian ini akibat tanah longsor dan derasnya aliran air.
Di India utara, banjir bandang, tanah longsor, dan kecelakaan akibat hujan deras telah menewaskan lebih dari 100 orang sejak awal musim hujan pada 1 Juni, di mana curah hujan 41% di atas rata-rata.
Sungai Yamuna mencapai tembok kompleks Taj Mahal di Agra untuk pertama kalinya dalam 45 tahun, menenggelamkan beberapa monumen bersejarah lainnya, dan membanjiri sebagian ibu kota India.
Sungai Brahmaputra, yang mengalir melalui negara bagian Assam di India, meluap bulan ini, menelan hampir separuh Taman Nasional Kaziranga - rumah bagi badak bercula satu yang langka - dengan air setinggi pinggang.
Sementara itu runtuhnya tembok akibat hujan muson menewaskan sedikitnya 11 pekerja konstruksi di negara tetangga Pakistan.
Kegubernuran Basra selatan Irak, dengan populasi sekitar 4 juta, mengatakan pekerjaan pemerintah akan ditangguhkan pada Kamis karena suhu mencapai 50 Celcius (122 Fahrenheit). Di kota Mosul, Irak utara, para petani mengatakan panen gagal karena panas dan kekeringan.
Eropa
Sementara itu mayoritas wilayah Eropa sedang terpanggang. Tahun lalu, gelombang panas mengakibatkan lebih dari 61.600 kematian terkait panas di 35 negara Eropa dan memicu kebakaran hutan yang katastrofik. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), badan khusus PBB, memprediksi suhu di Eropa tahun ini akan melampaui rekor di Eropa sebesar 48,8C, tercatat di Sisilia pada Agustus 2021.
Sepanjang Juli tahun ini, pemerintah di berbagai negara telah mengeluarkan peringatan panas. Di antaranya, Kroasia, Prancis, Yunani, Italia, Portugal, Spanyol, Swiss, dan Turki.
Kebakaran hutan juga tengah berlangsung di sebelah barat ibu kota Yunani, Athena. Api telah memasuki hari keempat pada pekan ketiga Juli. Gelombang panas diprediksi terus berlangsung, dengan perkiraan suhu 44C. Upaya pemboman air dan pemadaman api terus beroperasi. Sementara itu kebakaran hutan di resor tepi laut Loutraki, 1.200 anak telah dievakuasi pada Senin dari kamp liburan.
Selain Yunani, Swiss juga tengah berjuang memadamkan kebakaran yang terjadi di negaranya.
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga tengah mengalami gelombang panas. Menurut National Weather Service, otoritas layanan cuaca di negara tersebut, puluhan juta orang Amerika mengalami tingkat panas yang berbahaya pada minggu ini.
Melalui media sosialnya, instansi tersebut mengeluarkan peringatan “gelombang panas yang sangat berbahaya dan berdurasi panjang akan berlanjut di wilayah barat daya hingga minggu depan. Indeks panas yang menekan menyebar ke selatan-tengah dan tenggara.”
National Weather Service juga mencatat panas di kota San Angelo, Texas, dengan perkiraan suhu mencapai 40-42C.
Di Arizona, merkuri di Bandara Phoenix Sky Harbor kembali mencapai 43,3C (110F) pada hari Selasa, memecahkan rekor sebelumnya 18 hari berturut-turut pada atau di atas suhu tersebut, yang ditetapkan pada tahun 1974.
Puncak El Nino di Indonesia
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak El Nino terjadi di bulan Agustus-September. Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, pemerintah dan berbagai instansi mempersiapkan langkah antisipasi dampak dari fenomena alam tersebut.
Menurut Dwikorita, pemerintah dan instansi terkait telah mengadakan pertemuan untuk membahas kesiapan menghadapi ancaman dari El Nino. Pasalnya fenomena alam ini akan berdampak pada berbagai ancaman kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, maupun banjir hidrometeorologi basah.
“Diprediksi intensitasnya lambat hingga moderat, sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan serta produktivitas pangan atau berdampak pada ketahanan pangan,” kata Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, 18 Juli 2023.
Menurut Dwikorita, antisipasi cuaca El Nino telah dimulai sejak Februari-April. Namun upaya tersebut akan terus diperkuat. Pihaknya juga menghimbau agar masyarakat bersiap menghadapi cuaca ke depan.
El Nino terbesar terjadi pada 2015-2016, yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia mencapai 2,6 juta hektare. Terjadi bencana asap hingga ke negeri jiran dan Indonesia mengalami kerugian ekonomi hingga Rp 221 triliun.
Meskipun demikian, masyarakat dan pemerintah harus terus bersiaga. Dwikorita mengatakan, Indonesia yang berbentuk kepulauan dipengaruhi dua samudra dan memiliki topografi bergunung-gunung.
“Sehingga masih ada kemungkinan ketika satu wilayah kekeringan, daerah lainnya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi basah. Artinya, tidak semua wilayah serempak mengalami kekeringan,” jelas Dwikorita.
“Karena itu kami menghimbau untuk terus menjaga lingkungan, mengatur tata kelola air, dan beradaptasi pada pola tanam,” kata Dwikorita.
Dari berbagai sumber