G20 Gagal Menyepakati Pengurangan Bahan Bakar Fosil

Penulis : Aryo Bhawono

Perubahan Iklim

Senin, 24 Juli 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Negara-negara G20 gagal mencapai kesepakatan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil. Komunike bersama yang seharusnya dikeluarkan pada akhir pertemuan G20 batal karena perbedaan suara terkait pengurangan energi fosil itu, termasuk soal target peningkatan energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada 2020.

Pada Sabtu lalu (23/7/2023), pertemuan G20 di India tak mencapai mufakat untuk menghentikan secara bertahap penggunaan energi fosil lantaran ada protes dari negara-negara produsen.

Para ilmuwan dan pegiat lingkungan merasa jengkel dengan lambannya badan-badan internasional mengambil tindakan pencegahan pemanasan global. Padahal cuaca ekstrem di belahan bumi utara menegaskan ancaman krisis iklim yang melanda dunia.

Negara-negara anggota G20 bersama-sama menyumbang lebih dari tiga perempat emisi global dan produk domestik bruto, sehingga upaya kumulatif dari kelompok ini untuk mengurangi karbon sangat penting dalam mencegah kerusakan iklim.

Dok Tangkapan layar Instagram G20.org

Namun, ketidaksepakatan termasuk peningkatan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada tahun 2030 mengakibatkan para pejabat mengeluarkan pernyataan hasil dan ringkasan ketua alih-alih komunike bersama pada akhir pertemuan empat hari mereka di Panaji, ibu kota negara bagian Goa, India.

Sebuah komunike bersama dikeluarkan ketika ada kesepakatan lengkap antara negara-negara anggota mengenai semua masalah.

"Kami memiliki kesepakatan lengkap pada 22 dari 29 paragraf, dan tujuh paragraf merupakan ringkasan utama," kata Menteri Energi India, RK Singh, seperti dikutip dari Guardian.

Pembahasan yang  mendesak negara maju untuk memenuhi tujuan bersama memobilisasi 100 miliar dolar AS per tahun untuk aksi iklim di negara berkembang dari tahun 2020-2025, dan penjelasan mengenai perang di Ukraina, juga tidak berhasil mencapai kesepakatan.

Penggunaan bahan bakar fosil menjadi topik utama dalam diskusi yang berlangsung seharian. Dua orang sumber yang mengetahui hal ini menyebutkan para pejabat gagal mencapai konsensus membatasi penggunaan bahan bakar fosil yang tak terkendali dan memperdebatkan bahasa yang digunakan untuk menggambarkan jalur pengurangan emisi,.

Pada draf yang keluar pada Jumat sebelumnya, yang ditinjau oleh Reuters, berbunyi: "Pentingnya melakukan upaya-upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, sesuai dengan kondisi-kondisi nasional yang berbeda, ditekankan."

Namun draf ini tak muncul pada pernyataan ketua forum yang dirilis pada Sabtu malam, termasuk kekhawatiran dari beberapa negara anggota mengenai teknologi pengurangan dan penghilangan.

Singh, dalam sebuah konferensi pers mengatakan beberapa negara ingin menggunakan penangkapan karbon sebagai pengganti pengurangan bahan bakar fosil. Ia tidak menyebutkan nama negara-negara tersebut.

Arab Saudi, Rusia, Cina, Afrika Selatan dan Indonesia diketahui menentang tujuan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat dalam dekade ini.