Penurunan Tanah: BRIN Teliti dengan InSAR

Penulis : Gilang Helindro

Agraria

Senin, 07 Agustus 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Secara global, penelitian yang paling banyak dilakukan dengan Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) berkaitan dengan penurunan tanah. IInSAR merupakan sebuah teknik pengukuran geodetic yang menggunakan prinsip gelombang radar untuk menciptakan peta deformasi ataupun topografi yang detail dan akurat.

Argo Galih Suhadha, Peneliti Pusat Riset Geospasial Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan, perlu dibahas bagaimana cara memodelkan deformasi permukaan dari InSAR dengan baik. 

“Penggunaan InSAR cukup banyak karena InSAR dapat mengukur pergeseran permukaan sebagai akibat deformasi yang disebabkan oleh bencana alam atau pun aktivitas manusia,” katanya dalam Geomodelling Webinar Series #3, Kamis, 4 Agustus 2023.

Argo menjelaskan bahwa motivasi penggunaan InSAR cukup banyak, sehingga pada kejadian bencana alam seperti tektonik, vulkanik. “Dan sebagainya maupun bencana yang disebabkan oleh aktivitas manusia, kita dapat menggunakan InSAR," katanya.

Penurunan tanah beberapa daerah di Indonesia bisa terjadi. Foto: Pixel.net

Sejak 1980, kata Argo, penelitian InSAR banyak dan naiknya jumlah riset InSAR ditandai sejak munculnya satelit ERS-1, karena satelit ini merupakan satelit yang open access. Tetapi puncaknya kita bisa melihat bahwa dimulainya pada awal meluncurnya ALOS PAL SAR dan juga sentinel 1, sehingga terjadi membludaknya komunitas SAR.

Menurut Argo, pada awalnya prinsip InSAR adalah memakai satu pasang citra SAR untuk mendapatkan perbedaan fase. Hal ini menggambarkan perbedaan ketinggian yang diukur pada citra pertama dan kedua, tetapi mayoritas aplikasi InSAR itu masih 1 dimensi saja, sedangkan di dunia nyata deformasi permukaan itu dalam 3 dimensi. 

"Penting untuk ditekankan bahwa pendekatan multipass InSAR berfokus pada presisi, dan akurasinya mungkin belum sebaik levelling maupun GNSS karena InSAR berfokus pada presisi untuk wilayah yang luas," katanya.

Cecep Pratama, Dosen Teknik Geodesi - Universitas Gadjah Mada dan Anggota Pokja Geodesi Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) memaparkan Model Deformasi Bawah Permukaan Berdasarkan Pengamatan Multi-Geodetik.

Cecep dalam paparannya menyampaikan, deformasi bawah permukaan berimplikasi pada deformasi permukaan, dan data geodetiknya bisa didapatkan dengan metode GNSS,dan InSAR. “Sehingga, pengamatan deformasi permukaan dapat digunakan untuk memprediksi dan memodelkan deformasi bawah permukaan,” katanya.