Juli Dikonfirmasi Bulan Terpanas dalam Sejarah Dunia 

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Kamis, 10 Agustus 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Juli dikonfirmasi sebagai bulan terpanas yang pernah tercatat secara global. Suhu panas ini diikuti gelombang panas yang terjadi di berbagai wilayah Eropa dan Amerika Serikat, menurut Copernicus Climate Change Service (C3S). 

Suhu rata-rata global pada bulan tersebut adalah 16.95C. Angka ini lebih tinggi 0.33C dari rekor sebelumnya pada 2019. Sejumlah negara di Eropa mengalami suhu melebihi 40C, termasuk Yunani, Prancis, Italia, dan Spanyol. 

Gelombang panas juga memicu kebakaran hutan dan lahan, yang memaksa evakuasi ribuan warga dan wisatawan dari beberapa pulau di Yunani. Suhu udara juga tinggi di Amerika Selatan, meskipun wilayah tersebut sedang musim dingin. 

Menurut C3S, suhu pada Juli diperkirakan 0.5C lebih hangat dari rata-rata periode 1850-1900, dan 0.72C lebih hangat dari rata-rata suhu periode 1991-2020. 

Gelombang panas ekstrem di Eropa pada 2022 memicu kebakaran lahan, termasuk Prancis. Fenomena ini kembali terjadi pada 2023, dengan suhu yang memecahkan rekor. Dok European Space Agency

“Kami baru saja menyaksikan suhu udara dan suhu permukaan laut global menembus rekor baru sepanjang masa di bulan Juli. Catatan ini memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi manusia dan planet yang terpapar peristiwa ekstrem yang semakin sering dan intens,” kata wakil direktur C3S, Dr Samantha Burgess. 

Es di laut Antartika juga mencapai rekor terendah Juli ini, yang membeku lebih sedikit dibandingkan musim dingin lainnya sejak satelit memulai pengamatan pada 1979. 

Para ilmuwan mengatakan jika emisi gas rumah kaca tidak dikendalikan, cuaca ekstrem akan semakin merusak ekosistem Antartika, yang akan mempengaruhi seluruh dunia.

Burgess menyebut 2023 sebagai “tahun terhangat ketiga hingga saat ini dengan 0,43C di atas rata-rata baru-baru ini, dengan rata-rata suhu global pada bulan Juli sebesar 1,5C di atas tingkat pra-industri.”

“Bahkan jika ini hanya sementara, ini menunjukkan urgensi upaya ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca global, yang menjadi pendorong utama di balik rekor ini,” kata Burgess.