Indonesia Posisi ke-5 Global Kapasitas PLTU Batu Bara
Penulis : Gilang Helindro
PLTU
Jumat, 18 Agustus 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Indonesia peringkat kelima global dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara 45,35 GW berdasarkan Global Energy Monitor dalam laporan Boom and Bust Coal 2023.
Menurut laporan Global Energy Monitor, kapasitas PLTU batu bara di seluruh dunia mencapai 2.095 gigawatt (GW) sepanjang 2022. Jumlah tersebut merupakan kapasitas PLTU yang sudah beroperasi, baik milik lembaga pemerintah maupun swasta, tanpa menghitung PLTU yang masih dalam tahap konstruksi.
Pada 2022 Tiongkok menjadi negara dengan kapasitas PLTU batu bara terbesar, yakni sekitar 1.108 GW. Kedua India dengan kapasitas 235,85 GW, ketiga Amerika Serikat dengan kapasitas 205,38 GW, keempat Jepang dengan kapasitas 54,63 GW, kelima Indonesia, keeman Afrika Selatan dengan kapasitas 43,62 GW, ketujuh Jerman dengan kapasitas 40,36 GW, posisi delapan Korea Selatan dengan kapasitas 39,09 GW, posisi sembilan Rusia dengan kapasitas 38,28 GW, dan terakhir Polandia dengan kapasitas 29,13 GW.
Global Energy Monitor menyebut dalam laporan Boom and Bust Coal 2023, pembangkit listrik berbasis batu bara adalah sumber emisi CO2 sektor energi utama secara global.
"Demi mencapai tujuan Perjanjian Iklim Paris dalam membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius, mengurangi penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik adalah langkah terpenting," tulis tim Global Energy Monitor, dikutip Selasa, 15 Agustus 2023.
Menurut tim laporan, untuk memenuhi Perjanjian Paris, kelompok negara maju anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) harus mengurangi operasi PLTU batu bara dengan total kapasitas penurunan 60 GW per tahun sampai 2030.
Kemudian kelompok negara non-OECD, termasuk Indonesia, secara kumulatif perlu mengurangi operasi PLTU batu bara 91 GW per tahun sampai 2040. Namun, Global Energy Monitor menilai pelaksanaan komitmen tersebut masih jauh dari harapan.
"Meski 2022 ada penurunan, penggunaan pembangkit listrik batu bara di beberapa kawasan dunia saat ini tidak berada di jalur yang benar. Apalagi untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris," kata tim Global Energy Monitor dalam laporannya.