Peneliti: Pendanaan Pensiun PLTU Kurang Menarik Investor Asing

Penulis : Gilang Helindro

Energi

Kamis, 31 Agustus 2023

Editor : Raden Ariyo Wicaksono

BETAHITA.ID -  Pendanaan pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara kurang menarik minat investor asing. Hal ini disampaikan lembaga penelitian The Centre For Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics.  

Riyadi Suparno, Direktur Eksekutif Tenggara Strategics mengatakan, pendanaan pensiun dini PLTU batu bara terbilang cukup sulit, karena dananya hanya bisa didapat melalui bank komersial lantaran belum masuk dalam taksonomi hijau.

"Pensiun dini (PLTU) batu bara permasalahannya adalah pendanaan," katanya dalam media briefing, di Jakarta, Selasa (22/8/2023) lalu. 

Menurutnya, program pensiun dini PLTU batu bara tersebut masuk dalam skema pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP). Indonesia telah menyepakati pendanaan JETP senilai USD20 miliar atau sekitar Rp310 triliun yang salah satunya difokuskan untuk pensiun dini PLTU. 

Penampakan PLTU Suralaya di Cilegon, Banten dari udara. Sektor energi, seperti industri kelistrikan yang menggunakan batu bara serta pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan (FOLU) merupakan sektor penyumbang emisi terbesar Indonesia. Dok Kasan Kurdi/Greenpeace

Berdasarkan dokumen dihimpun oleh CSIS dan Tenggara Strategics, pensiun dini PLTU batu bara masuk kategori merah dalam taksonomi pembiayaan perbankan. Meskipun tujuannya untuk mempensiunkan dini PLTU dalam mendorong Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

“Investor luar atau global cenderung enggan memasukkan aset berbasis bahan bakar fosil ke dalam portofolio mereka. Hal tersebut lantaran bisa berdampak buruk bagi citra mereka,” katanya.

Di sisi lain, Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menilai skema pembiayaan pensiun dini PLTU batu bara lewat mekanisme Energy Transition Mechanism (ETM) belum mampu menarik pendanaan dari perbankan maupun dari pemberi pinjaman komersial. 

Pendanaan ETM sejauh ini masih bergantung pada sumber keuangan dari donor negara, hibah dan filantropi. Elrika Hamdi, Peneliti Keuangan IEEFA mengatakan, pihak lembaga keuangan komersial masih belum berani untuk menyalurkan pinjaman pendanaan proyek pensiun dini PLTU.

"Itu memang jadi dilema, ketika perbankan ingin menyalurkan pendanaan pada penutupan dini PLTU, mereka akan menyentuh pendanaan kotor sedangkan bank kan tidak mau portofolio mereka dikotori oleh aset-aset ini," tutupnya.