Ahli: Karst Banggai Kepulauan Rusak, Ekosistem Terganggu
Penulis : Gilang Helindro
Tambang
Rabu, 30 Agustus 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Ekosistem karst memiliki fungsi penting bagi keberlangsungan lingkungan hidup maupun nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar.
Prof Dr Adi Maulana, Ahli Geologi dan juga Wakil IV Rektor Unhas, Makassar, menyebut jika kawasan karst Bangkep ditambang, justru akan mengganggu ekosistem lainnya.
“Terlebih karst atau batu gamping berkaitan erat dengan sumber air, kemudian juga biodiversitas, karena banyak sekali ekosistem yang akan terganggu,” katanya saat dihubungi Senin, 28 Agustus 2023.
Menurut Prof Adi, jika izin lingkungan diberikan pada perusahaan untuk eksplorasi, produksi dan mengolah batuan gamping sebagai bahan baku utama pembuatan semen dipastikan berdampak pada kerusakan hutan, mata air, sungai, danau, gua-gua karst, dataran tinggi serta habitat spesies endemik.
Menurut data Walhi Sulteng, sekitar 95 persen daratan Bangkep adalah ekosistem karst, ada 124 mata air, 1 sungai bawah tanah dan 103 sungai permukaan, semuanya terhubung dengan karst. Dan ada 5 danau, dua diantaranya Danau Paisupok di Kecamatan Bulagi Utara.
Prof Adi menambahkan, apabila penambangan itu tidak disertai dengan analisis dampak lingkungan (Amdal) yang kuat misalnya, yang kemudian juga tidak memperhatikan lingkungan di sana, tentu merusak sumber daya alam. Kemudian, karakteristik keanekaragaman hayati yang dilindungi, belum lagi konflik sosial, budaya dan ekonomi rakyat sekitar kawasan.
Lebih lanjut, perlu ada kajian kajian mendalam dari berbagai aspek lingkungan, melalui kajian kata Prof Adi, dapat melihat apa efek ke depan dari pertambangan tersebut, ditambah daerah kepulauan pasti ada efek ke laut atau perairan.
Senada dengan Prof Adi. Muhammad Taufik, Koordinator Jaringan Tambang Sulawesi Tengah menyebut fungsi utama karst sebagai penyerap dan penyimpan sumber daya air telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang hidup di sekitarnya.
Menurut Taufik, karst menjadi salah satu bahan untuk campuran pemurnian nikel, bisa jadi ini nantinya dipakai untuk smelter yang berkedok bahan baku semen. “Bisa Jadi nanti dipakai untuk smelter, karena karst menjadi salah satu bahan pemurnian nikel,” ungkapnya.
Dalam hasil analisis data konsesi pertambangan, ESDM 2019, yang di overlay dengan data sebaran batu gamping /karst mencatat ekosistem karst di Indonesia mengalami ancaman kerusakan serius. Dalam analisisnya, seluas 1,82 juta hektar atau 11 persen kawasan karst di Indonesia telah dibebani izin konsesi pertambangan. “Tentu saja kawasan karst ini tidak dapat dipulihkan layaknya hutan yang bisa direstorasi,” tutupnya.